Oleh: F.H Afiqoh
Aktivis Dakwah Kampus Dan Member Akademik Menulis Kreatif
Segala sesuatu yang buruk selalu diidentikkan dengan Islam. Salah satunya adalah kata terorisme yang selalu digaungkan oleh orang-orang kafir untuk menjauhkan Islam dengan pemeluknya. Kemudian mereka juga memperlakukan kaum muslim agar takut terhadap agamanya sendiri.
Namun, isu teroris sudah tidak dilirik lagi. Radikalisme yang kemudian dihembuskan kepada kaum muslim agar mereka takut dengan islam. Sebagai bukti bahwa ada Ormas (Organisasi Masyarakat) yang konsisten dalam berdakwah, mengajak masyarakat kembali pada Islam secara menyeluruh dan sempurna ternyata pemerintah telah mencabut izin badan hukumnya. Hal itu bermula dari adanya aksi dan jargon tolak pemimpin kafir. Begitupula dengan stigma radikalisme yang selalu disematkan pada ormas tersebut.
Radikalisme menjadi senjata yang digunakan oleh musuh-musuh islam. Suatu paham yang menginspirasi berbagai macam teror yang dilakukan oleh para terorisme akhirnya mencuat di negeri ini. Alhasil, masyarakat akhirnya mudah terprovokasi dengan mainan baru bernama radikalisme tadi. Begitupun halnya dengan dunia literasi amat terpengaruh oleh paham tersebut. Sehingga tak sedikit dari kalangan akademisi yang terhasut oleh bujuk rayunya. Suara aktivis akhirnya pudar karena termakan oleh hasutannya. Terlebih bagi perguruan tinggi yang notabenenya adalah kampus islami. Hal tersebut menjadi sasaran empuk. Berbagai macam acara yang digelar akhirnya tak luput dari pembahasan radikalisme. Bahkan dengan alasan yang mungkin tidak bisa dibuktikan dengan fakta yang ada, perguruan tinggi tersebut akhirnya mengeluarkan mahasiswa yang dinilai terpapar oleh paham tersebut.
Jika stigmatisasi radikalisme sering digaungkan pada perguruan tinggi maka tak sedikit akhirnya mahasiswa yang menjadi takut dengan isu-isu tersebut. Berbagai macam ancaman dilakukan bagi mereka yang berniat untuk melakukan perubahan. Tentunya Islam dan lembaga dakwah kampus menjadi bidikan utama. Dengan adanya stigmatisasi radikalisme yang semakin mereka kokohkan menimbulkan daya kritis yang biasanya muncul akhirnya pudar dibarengi dengan menguatnya stigmatisasi buruk terhadap para pengemban dakwah islam. Seyogyanya itulah yang mereka harapkan.
Padahal, kita mengetahui bersama bahwa maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi muda. Jika generasi tersebut baik maka akan membawa keberkahan bagi negeri ini. Baik dalam arti sesuai dengan tuntunan syariah Islam. Menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala apa yang dilarang Allah Swt. Dengan begitu maka negeri ini akan menuju pada sebuah peradaban yang mulia dan gemilang. Tentunya berdasarkan pada asas utama, yaitu aqidah islam.
Dalam rentang sejarah perubahan di dunia, peran generasi muda tidak lepas dari arus perubahan. Dimanapun akan kita temui bahwa pemudalah yang menjadi penjaga serta pengawal sebuah perubahan, tak terkecuali di negeri ini.
Pada masa Rasulullah Saw, para pemuda (sahabat beliau kala itu) menjadi pejuang garda terdepan dalam membela Islam. Sahabat pula yang akhirnya ikut bersama Rasul untuk hijrah walaupun dengan resiko besar.
Oleh karena itu, wahai agen perubahan teruslah terdepan dalam aktivitas dakwah menyeru kepada Islam kaffah. Kuatkan tekad, bulatkan niat, kobarkan semangat juang yang tak akan pernah padam walau di hadang berbagai ancaman. Sandarkan diri hanya pada Allah semata,, bukan yang lain. Tentunya berharap agar khilafah segera terwujud demi tegaknya Islam di muka bumi ini. Janganlah merasa takut dengan ancaman manusia. Sesungguhnya Allah Swt telah berjanji kepada hambaNya bahwa barang siapa yang menolong agamaNya, maka Allah akan menolongnya. Lanjutkan estafet perjuangan Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Wallahu a'lam.
Post a Comment