Solusi Menjaga Keutuhan Keluarga

Oleh : Lulu Nugroho
Muslimah Penulis dari Cirebon

Angka perceraian di Kabupaten Majalengka setiap tahunnya cukup tinggi, yaitu mencapai 32 persen dari jumlah peserta nikah sebanyak 12.000 pasangan. Atau setiap tahunnya di majalengka ada 400 janda dan duda baru. (Pikiranrakyat, 27/8/2019).

Menurut keterangan Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Majalengka Yayat Hidayat, berdasarkan data dari Pengadilan Agama Kabupaten Majalengka, tingginya perceraian ini di antaranya diakibatkan oleh persoalan ekonomi keluarga yang tidak terpenuhi, sehingga akhirnya mereka memilih bercerai.

“Tuntutan hidup dan kebutuhan tinggi sementara penghasilan terbatas, ada pula yang karena kemiskinan sehingga suami tidak bisa memenuhi kebutuhan standar keluarganya. Ini adalah rangking teratas yang melatarbelakangi perceraian,” ungkap Yayat.

Penataran menjadi salah satu upaya yang dilakukan Kementrian Agama Majalengka untuk menekan angka perceraian. Materi yang disampaikan adalah hukum nikah, Undang-Undang Perlindungan Perempuan dan Anak, psikologi serta ekonomi dan sosial. 

Maka, jika dikaitkan dengan kemiskinan, sebagai alasan pertama terjadinya perceraian, materi penataran sama sekali tidak tepat sasaran. Faktor ekonomi merupakan penyebab utama pecahnya biduk rumah tangga. Kehidupan yang sempit menjadikan ikatan keluarga menjadi rapuh. Berarti solusinya mudah saja, yaitu mengembalikan umat pada kondisi sejahtera.

Hal itu pun rupanya telah diantisipasi oleh Pemerintah Daerah. Maka untuk menanggulangi kemiskinan dilakukan program terpadu peningkatan peran wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera (P2P2WKSS). Program tersebut diberikan kepada 100 Kepala Keluarga (KK) binaan yang ada di Desa P2WKSS. Majalengka salah satunya.

Pada 19/6/2019, mulai diadakan pembukaan program Sekolah Perempuan Capai Cita-cita (Sekoper Cinta) dan Ngabring ka Sakola (Ngabaso) di Desa Silihwangi, Kecamatan Bantarujeg, Majalengka. Pemberdayaan perempuan menjadi ide dasar untuk merubah taraf kehidupan umat. Dengan kesetaraan jender, diharapkan persoalan kemiskinan bisa diatasi. 

Sayangnya pemerintah lupa bahwa pengurusan umat ada dalam ranah tanggung jawab mereka. Persoalan ekonomi erat hubungannya dengan pemerintah. Jika saja pemerintah mengelola sumber daya alam dengan benar, maka seharusnya masyarakat di negeri ini tidak mengalami kesulitan hidup.

Inilah yang terjadi akibat sekularisme dijadikan asas untuk mengurusi umat. Maka peran Allah ditiadakan, diganti oleh para kapital sebagai pemegang kebijakan. Alhasil kalkulasi untung rugi menjadi sandaran mereka. Mengelola umat bagaikan mengelola perusahaan. Kekayaan alam yang sedianya membuat roda perekonomian negara berputar, malah tidak menyentuh kehidupan umat sedikitpun.

Umat harus bersusah payah memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan dibiarkan sendiri mengatasi persoalannya. Penguasa lepas tangan. Perannya dialihkan pada swasta atau kapital. Jika hal ini terjadi, maka dipastikan umat harus membeli kesejahteraan yang seharusnya diperoleh mereka secara cuma-cuma. 

Dalam Sistem Ekonomi Islam, jaminan pemenuhan kebutuhan pokok individu seperti sandang, pangan dan papan maupun kebutuhan pokok masyarakat berupa kesehatan, pendidikan dan keamanan menjadi tanggung jawab negara.

Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wassalam bersabda:
Siapa saja yang mati dan meninggalkan harta maka harta itu untuk ahli warisnya. Siapa saja yang mati dan dia meninggalkan utang atau orang-orang lemah maka datanglah kepadaku karena akulah penanggung jawabnya.

Menjaga keutuhan keluarga pun, sejatinya bukan hanya tanggung jawab individu atau keluarga, melainkan juga, negara. Sebab institusi keluarga yang rapuh, juga akan menyisakan persoalan generasi. Dan ini jelas membebani negara. 

Oleh sebab itu Islam harus diterapkan dalam kehidupan bernegara. Salah satu di antaranya adalah dengan penerapan sistem ekonomi Islam. Dengan ini akan terwujud perekonomian yang stabil di tengah umat. Sehingga diharapkan mampu mengatasi kasus perceraian. 

Maka perlu lagi perempuan mengikuti ide jender. Sebab masing-masing punya porsi sesuai tuntunan Syara'. Para lelaki dengan kewajibannya mencari nafkah. Sedangkan perempuan bertugas mencetak generasi emas. Seluruh tugas ini sama sulitnya, oleh sebab itu harus di bawah kendali pemerintah. 

Negeri yang diterapkan Islam di dalamnya, akan terbentuk suasana keimanan tinggi. Tidak hanya para pemimpin negeri yang bertakwa, akan tetapi seluruh rakyat pun patuh dan taat dengan landasan iman. Maka solusi untuk menjaga keutuhan keluarga, tidak lain hanya dengan Islam. Wallahu 'alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post