Referendum Papua, Siapa yang Bersalah?

Oleh : Ika Ummu al-Fatih

Para mahasiswa yang berasal dari Papua dan Papua Barat menggelar unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2019). Sebelum bergerak ke Istana, mereka berdemonstrasi terlebih dahulu di depan Markas Besar TNI Angkatan Darat. Sembari mengibarkan bendera Bintang Kejora, demonstrasi yang dipimpin Ambrosius, menuntut pemerintah Indonesia mempersilahkan Papua melakukan referendum. 

Hal itu sebagai upaya memutus mata rantai diskriminasi dan rasisme terhadap masyarakat Papua. "Apa yang kami pahami dari situasi ini adalah bahwa kesabaran rakyat Papua atas caci maki selama puluhan tahun, sampai pada titik tak bisa mentolerir lagi. Sehingga tumpah ruah rakyat turun ke jalan-jalan," ujar Ambrosius. Pada kesempatan itu, Ambrosius menilai warga Papua tidak menginginkan otonomi khusus (Otsus). Ia mengatakan kewenangan khusus itu, tidak menyelesaikan masalah yang selama ini didera Papua. "Dengan tegas kami menolak perpanjangan Otsus. Kami mahasiswa dan masyarakat Papua sudah sepakat meminta untuk referendum," tegasnya. Menurut Ambrosius, rasisme terhadap masyarakat Papua merupakan warisan kolonialisme dan militerisme. Atas dasar itu, ia mengatakan, penolakan rasisme akan hambar tanpa ada perjuangan hak untuk menentukan nasib sendiri. (tirto.id 30/08/19)

Dari kutipan berita yang berasal dari media, Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja. Di tengah teriakan NKRI harga mati serta teriakan indonesia merdeka ternyata ada bagian wilayah dari negeri ini yang masih merasa terjajah dan menginginkan referendum. Bukan rahasia umum lagi bahkan seluruh duniapun tau bahwa Papua adalah pulau yang memiliki berbagai hasil bumi yang sangat berharga yaitu gunung emas. Akan tetapi memang menyayat hati, di antara gunung emas itu masih banyak kehidupan yang jauh dari kata sejahtera. Iya, masyarakat papua tidak merasakan kesejahteraan atas kekayaan alamnya justru mereka merasa terjajah.

Selain merasakan pahitnya kehidupan yang jauh dari kata sejahtera masyarakat papua tak sedikit yang merasakan cemoohan karena ras mereka adalah ras berkulit hitam. Bahkan yang mencemooh mereka tak sedikit dari orang- orang yang selalu menyuarakan bhineka tunggal ika.

Kekacauan demi kekacauan terus terjadi di dalam negeri ini. Negara ini serasa tak mampu mengatasinya, terjadi saling tuding menuding, adu domba yang terus saja di gaungkan demi menutupi ketidakbecusan negara dalam mengatur rakyat dan wilayahnya.

Tidak ada yang aneh memang jika negara bersikap demikian. Bisa kita telisik lebih dalam mengapa papua yang memiliki kekayaan alam yang begitu menjanjikan akan tetapi merasa terasing dan diabaikan. Ini karena pengurus negara ini menyerahkan kekayaan alam papua kepada asing penjajah. Hal ini di sebabkan para petinggi negeri ini sudah terjangkit virus kapitalisme akut. Mereka tak akan merasakan apa yang rakyat papua rasakan, yang ada hanya bagaimana caranya kantong-kantong mereka terisi.

Di  sini Islam kembali menawarkan solusi. Iya islam yang selalu menjadi tertuduh akan adanya perpecahan di negara ini yang bisa menyelesaikan persoalan ini.

Yang pertama dalam hal kesejahteraan rakyat islam memerhatikan betul bagaimana rakyat dapat sejahtera yaitu dengan mengelola sumber daya alam sendiri dan di pergunakan untuk rakyat. Tak akan ada kerjasama dengan asing penjajah.

 sabda Rasulullah saw.:
الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلَاثٍ فِي الْمَاءِ وَالْكَلَإِ وَالنَّارِ
Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api (HR Ibnu Majah).

Rasul saw. juga bersabda:
ثَلَاثٌ لَا يُمْنَعْنَ الْمَاءُ وَالْكَلَأُ وَالنَّارُ
Tiga hal yang tak boleh dimonopoli: air, rumput dan api (HR Ibnu Majah).

Yang kedua yaitu tidak ada diskriminasi ras dalam islam. Islam adalah sistem kehidupan yang menghargai ras. Hal ini di buktikan dengan sahabat Rasulullah bilal bin Rabbah. Bilal adalah sahabat Rasulullah yang notabennya berasal dari ras berkulit hitam dan berprofesi sebagai budak. Tapi hal itu tidak menjadikan bilal hina di hadapan Rasul dan umat muslim kala itu. Karena islam tidak memperbolehkan menghina manusia lainya apalagi memanggilnya dengan sebutan hewan.

Sungguh Islam memiliki aturan yang komplek. Dibalik tertuduhnya islam hanya sistem Islam yg bisa memberikan solusi atas semua permasalahan negeri ini.

Wallahualam

Post a Comment

Previous Post Next Post