Prasangka Dalam  Kehidupan



Oleh: Sumiati  
Praktisi Pendidikan dan Member AMK 

Kita sering mendengar  ungkapan bahwa,  kehidupan adalah sebuah perjuangan untuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengatakan bahwa kehidupan adalah sebuah perjalanan.  Dalam perjalanan ini sering ditemukan berbagai kendala, dari yang ringan hingga yang berat. Pemain kehidupan menyikapi segala peristiwa yang dilewati dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil terbaik, agar tidak menyesal di kemudian hari. 

Manusia hidup di dunia fana ini bukan sekedar untuk menikmati keindahan hidup tanpa rintangan. Sebagai umat muslim, hidup harus selalu terikat dengan hukum yang sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta.  Kesadaran terhadap keterikatan kepada hukum Allah tidak mudah diraih. Semua itu harus ditanamkan sejak dini, bahkan sejak sebelum memilih pasangan, masya Allah. Jika sejak kecil tidak mengenal Allah, zat yang Maha Kuasa yang telah menciptakannya, maka tidak menutup kemungkinan di usia dewasa belum siap untuk mengarungi bahtera kehidupan.

Sementara dalam kehidupan kini, saat manusia dikungkung oleh sistem rusak yang merusak, amat sulit untuk menata segalanya agar sesuai dengan syariat Islam yang kita emban. Gempuran ekonomi  yang menyesakkan dada bagi kaum ibu, pergaulan bebas di antara para remaja putra dan putri, serta orang  dewasa. Beratnya beban hidup membuat manusia cenderung menuntut orang lain untuk memberikan haknya. Namun, di sisi lain ia enggan memberikan hak orang lain, walaupun itu anak atau pasangannya. Manusia itu tabiatnya kikir dan enggan memberi hak orang lain. Allah berfirman:

Surat An-Nisa Ayat 128

 وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ ۚ وَإِنْ تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا 

"Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Di saat kehidupan menuntut untuk lebih lincah dalam mencari penghidupan, kurangnya komunikasi atau pun keegoan sering menjadi penyebab berbagai masalah dalam kehidupan. Yang pertama mendapatkan dampaknya adalah keluarga. Seringkali kita mengira bahwa keluarga orang lain tidak mempunyai  masalah dalam kehidupan dan komunikasinya, sesungguhnya didalamnya penuh dengan berbagai masalah. Terkadang kita merasa menderita. Padahal bisa jadi orang lain lebih pedih hidupnya.

 Di sini, kita perlu bersyukur dan bersabar dalam menjalani kehidupan. 
Seringkali manusia menyukai hal yang dimiliki orang lain, sementara miliknya sendiri diabaikan. Terkadang manusia menyukai sesuatu yang jauh dari jangkauan, sementara yang di tangan tak di hiraukan.
Allaah ta'ala berfirman:

Surat Al-Baqarah Ayat

 216 كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".

Itulah kehidupan yang hanya menduga. Sejatinya, kita harus menerima segala ketetapan Allah ketimbang berharap dengan milik orang lain.
Wallaahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post