Peranan Perempuan dalam Islam



Oleh: Eviyanti 
(Ibu rumah tangga)

Sebuah kaidah menjelaskan, bahwa Al-ashlu fil mar'ati annahaa ummun wa rabbatul bayti. Wa hiya 'irdhun yajibu an yushona (hukum asal seorang perempuan adalah ibu dan pengelola rumah suaminya. Perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga).

Dari kaidah diatas jelas bahwa islam telah mengatur tentang kedudukan seorang perempuan. Selain sebagai seorang hamba Allah yang mengemban kewajiban-kewajiban individual sebagaimana laki-laki, juga sebagai seorang perempuan yang memiliki peran ibu dan pengelola rumah suaminya.

Islam pun telah memberikan aturan yang khusus kepada kaum perempuan untuk mengemban tanggung jawab utama sebagai ibu sekaligus sebagai pengelola rumah suaminya.

Peran Sebagai Ibu Pencetak Generasi 

Ibu adalah pendidik utama dan pertama bagi buah hatinya. Ibu pula yang mengajarkan kepada siapa ia harus takut, tunduk dan patuh.
Rasulullah saw menggambarkan pentingnya fungsi ibu dalam banyak hadist, diantaranya :
"Nikahilah oleh kalian wanita penyayang lagi subur, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya kalian di hadapan para nabi di hari kiamat." (HR. Ahmad ).

Peran Sebagai Istri dan Rabbatu Al-bayt (Pengelola Rumah Suaminya) 

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar Ruum :21)

Sebagaimana Firman Allah SWT diatas, maka seorang perempuan atau seorang istri harus melakukan khidmah (pelayanan) terhadap urusan rumah. Misalnya dalam hal pelayanan pada suami, mengambilkan minum, mengambilkan makan, mengurus anak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan rumah.

Terkait dengan peran sebagai rabbatu al-bayt (pengelola rumah suaminya), perempuan menjalankan peran sebagai mitra utama suami (pemimpin rumah tangga). Hubungan keduanya dalam rumah tangga dibangun atas dasar persahabatan dan kasih sayang. Dengan begitu, sekalipun suami berlaku sebagai nahkoda dalam biduk rumah tangga, bukan berarti kepemimpinannya bersifat diktator atau seperti majikan terhadap budaknya.

Begitulah Islam memberikan kedudukan mulia kepada perempuan yang bersedia mengambil peran utamanya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Namun,  kehidupan kaum muslimin saat ini tengah didominasi oleh ideologi kapitalisme yang segala sesuatunya diukur dengan materi. Bahkan kebahagiaan pun bermakna kelimpahan materi. Maka, peran perempuan pun mulai bergeser karena dianggap tidak bernilai ekonomi. Semoga kita tidak terjebak dalam propaganda yang menyesatkan ini.

Wallahu a'lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post