Oleh : Ayu Ayasih
Jika berbicara tentang kemerdekaan maka tidak akan pernah bisa terlepas dari kata penjajahan. Indonesia memang patut bersyukur atas usainya penjajahan secara fisik yang membelenggu 350 tahun lamanya. Itulah sebab rakyat selalu merayakan setiap tahunnya. Sebagian warga negara Indonesia merayakan dengan berdzikir dan bermuhasabah diri agar menjadi warga yang jauh lebih baik lagi dalam bertambahnya usia tanah air yang pada saat ini kita tempati. Tetapi masih banyak masyarakat yang memeriahkannya dengan perlombaan yang jauh dari adab dan tata aturan islam. Bahkan hal ini dilakukan oleh lintas usia, dari anak-anak hingga orangtua. Alih-alih mensyukuri kemerdekaan dengan banyak merenungkan kondisi bangsa, masyarakat ternyata lebih banyak memilih merayakannya dengan kesenangan yang minim manfaat.
Tidakkah kita renungkan, bagaimana kondisi bangsa saat ini? Layakkah perayaan semacam itu terus dilakukan ditengah berbagai macam masalah melanda negeri? Sudahkah hari ini kita benar-benar terlepas dari penjajahan? Total utang pemerintah di April 2019 saja mencapai Rp 4.528,45 triliun atau naik Rp 347 triliun jika dihitung sejak April 2018. Kenaikan tersebut dianggap sebagai upaya pemerintah memenuhi janji-janji dalam APBN 2019. Tim Ekonomi, Penelitian, dan Pengembangan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Harryadin Mahardika mengatakan, janji yang dimaksud adalah pembayaran kenaikan gaji PNS dan pencairan THR. "Utang tersebut terutama untuk janji-janji, misalnya kenaikan gaji, membayar THR, dan sebagainya, jadi banyak sekali kebutuhan yang sebenarnya tidak produktif," kata Harryadin saat dihubungi detikFinance,Jakarta, Sabtu (18/5/2019). Peningkatan jumlah utang yang menjadi Rp 4.528,45 triliun juga dikarenakan pemerintah tidak mampu meningkatkan indikator makro ekonomi. Bahkan, pemerintah tidak mampu mengurangi beban pembiayaan infrastruktur.
Mari kita lihat sekeliling kita, hari ini pada faktanya penjajahan itu masih ada. Kenapa bisa? Kita bisa kembali melihat contoh lain dalam Demokrasi misalnya dikatakan bahwa setiap warga negara diberikan kebebasan berpendapat. Faktanya ada ormas yang dicabut BHP nya tanpa peradilan. Bahkan mengeluarkan pendapat dan mengeluhkan penderitaan saja mulut mereka dibungkam, apalagi untuk menentukan hukum? Kekayaan yang dikatakan bahwa itu adalah hak dan dimiliki oleh rakyat. Faktanya banyak kekayaan alam Indonesia hari ini yang dikuasai asing dan sebagai masyarakat pribumi hanya bisa menggigit jari ketika untuk bercocok tanam saja tanah tak mau ditanami benih karena dampak limbah pabrik yang dikuasai asing.
Islam jelas sangat mampu menghentikan penjajahan kekayaan alam yang dikuasai oleh asing dan mengembalikannya kepada rakyat karena islam mengharamkan kepemilikan dan kekuasaan alam yang sebagian besarnya dikuasai individu, swasta apalagi oleh asing.
Kemerdekaan sesungguhnya bukan terletak hanya pada kesejahteraan masyarakatnya saja, tapi bagaimana sebenarnya kesejahteraan itu hadir dalam ruang lingkup masyarakat. Hari ini kita disuguhi fakta bahwa begitu banyak hukum yang dibuat oleh manusia dan melihat segala sesuatu berdasarkan sudut pandang mereka, mereka lupa bahwa tidak ada yang berhak menentukan hukum melainkan Allah. Penentuan hukum berdasarkan sudut pandang manusia inilah yang menjadi masalah, apalagi ketika hukum dan peraturan yang diambil adalah hukum yang diadopsi dari paham orang-orang barat yang sudah jelas kesesatannya.
Ini fakta bahwa penjajahan masih terjadi, hanya saja bentuknya lebih halus dan sulit terdeteksi. Permainan penjajah era baru amat teliti sampai membuat penguasa pribumi lupa atas jati diri negeri ini. Negeri ini masih senang menghamba pada manusia padahal kemerdekaan yang sesungguhnya adalah ketika kita leluasa untuk menghamba pada sang pencipta. Yang dimana Dia-lah sebaik-baiknya pembuat hukum. Yang mengetahui segala kebutuhan dan kelemahan manusia.
Kemerdekaan hakiki berarti mewujudkan penghambaan kepada sang ilahi tanpa nengok kanan kiri. Islam menyediakan segala macam solusi atas permasalahan manusia di muka bumi. Islam mengetahui bagaimana mewujudkan kemerdekaan yang hakiki tanpa eksploitasi, penindasan, dan kedzholiman yang datang silih berganti. Merdeka adalah ketika kita mampu melaksanakan perintah Allah secara aman tanpa ada penindasan, merdeka adalah ketika kita mampu me wujudnya tegaknya islam secara kaffah yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah, meniadakan penghambaan kepada selain Allah ini lah kemerdekaan yang hakiki. Kemerdekaan yang didalamnya terdapat begitu banyak kesejahteraan tanpa harus mengemis pada asing, tanpa harus bertaruh nyawa untuk mendapatkan sesuap nasi. Karena Allah hadirkan islam sebagai solusi atas problematika kehidupan ini. Allahu a'lam bi ash'shawab.
Allah Subhanahu Ta'ala berfirman : Alif, laam raa. (Inilah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (TQS. Ibrahim [14]: 1)
Post a Comment