Oleh : Suciyati
Bertepatan dengan tahun baru Hijriah, hari ini 1 Muharram 1441, media sosial Twitter dibanjiri pesan dengan tagar bertema khilafah dan hijrah: #WeWantKhilafah, #KhilafahWillBeBack, #HijrahMenujuIslamKaffah, #MomentumHijrahSyariahKaffah.
Tagar yang menjadi trending tersebut disertai foto-foto dan video massa membawa bendera bertuliskan kalimat tauhid berwarna putih dan hitam. Dari pagi hingga siang ini, tagar tersebut terus bertambah.
Ribuan massa berkumpul di kawasan Ngarsopuro, Solo. Mereka melakukan long march dari lapangan Kottabarat menuju area car free day. Mereka juga membentangkan kain 1,5 km bertuliskan kalimat tauhid.
Ribuan massa berkumpul di Jalan Slamet Riyadi, kawasan Ngarsopuro, Solo, mengikuti Parade Ukhuwah, Minggu (1/9/2019). Felix Siauw turut hadir dalam aksi yang membentangkan kain sepanjang 1,5 km bertuliskan kalimat tauhid tersebut.
Sebelumnya, massa memulai longmarch dari lapangan Kottabarat. Mereka berbaur dengan masyarakat yang sedang menikmati car free day (CFD).
Para peserta mayoritas mengenakan pakaian putih hitam. Selain membawa bendera tauhid, tampak pula bendera merah putih berkibar. Mereka juga membentangkan kain putih sepanjang 1,5 km bertuliskan kalimat tauhid.
Di Ngarsopuro, para peserta disambut dengan tausiyah oleh beberapa tokoh, salah satunya Felix Siauw. Di depan ribuan massa, dia berbicara mengenai ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam.
Felix mengatakan ukhuwah merupakan salah satu kenikmatan yang diberikan Allah kepada umatnya. Namun tidak semua mendapatkan kenikmatan tersebut.
"Allah memberikan kenikmatan kedua setelah iman, yang tidak diberikan ke semua orang yaitu nikmat ukhuwah, persaudaraan," kata Felix.
Dia mencontohkan kisah Nabi Muhammad dengan pamannya, Abu Thalib yang enggan masuk Islam. Meski memiliki hubungan keluarga, mereka tidak disatukan dalam ukhuwah keislaman.
"Allah lebih tahu siapa yang layak mendapatkan hidayah. Allah punya hajat, bukan hajat kita. Kita hanya melaksanakan, hasilnya urusan Allah," ujarnya
Parade Ukhuwah yang dijadwalkan hingga pukul 11.00 WIB, diakhiri pukul 09.30 WIB atas negosiasi petugas pengamanan. Sebab lokasi acara menggunakan jalan protokol Kota Solo.
"Suasananya (suhu udara) juga sudah mulai panas (terik), tidak kondusif. Jalan juga segera dibuka untuk umum, maka kita percepat acaranya," kata juru bicara penyelenggara dari ormas Dewan Syariah Kota Surakarta, Endro Sudarsono.
Saat ini ketika perbincangan tentang Khilafah makin memanas karena makin seriusnya mereka yang ingin melakukan monsterisasi, maka semestinya makin berlipat ganda perhatian kita untuk serius mengkaji tentang Islam secara kaffah. Agar kita bisa mengenali secara utuh dari sumber terpercaya tentang Khilafah ‘mutiara berharga’ yang tidak lagi dikenali pemiliknya (umat Islam) ini. Juga agar kita paham bagaimana mendudukkan kewajiban paling agung untuk menegakkan kembali Khilafah di tengah ragam kesibukan kita yang begitu menyita hidup kita karena kungkungan sistem sekuler kapitalistik.
Kata Khilafah kini menjadi topik paling populer dan sekaligus mendebarkan. Semua lapisan masyarakat sedang membincangnya sebagai isu penting. Baik dengan persepsi positif atau sebaliknya. Bukan lagi konsumsi para aktivis, tapi sudah menjadi opini publik yang dibahas di warung kopi seantero negeri. Ide Khilafah makin sering sering dibincang di ruang diskusi kaum akademisi dan diangkat sebagai obyek beragam survei persepsi.
Di media, pembahasan Khilafah juga terus bergulir dipicu beragam persoalan politik kekinian. Topik ini bahkan berkali-kali menjadi trending issue di lanskap media sosial. Ya, makin banyak yang membahas tentang Khilafah. Tapi sesungguhnya masih sedikit yang ditahu publik tentang hakikat Khilafah dan relevansinya untuk menyelesaikan segudang problematika kita dan masalah dunia saat ini.
Sedikitnya ada tiga poin penting terkait Khilafah buang dibahas dalam tulisan ini. Yang pertama, siapa saja yang serius mengkaji makna Khilafah dari sumbernya yang mu’tabar akan menemukan bahwa makna Khilafah tidak lain adalah sistem pemerintahan yang diwariskan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk menerapkan seluruh syariat dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Sebuah kitab berjudul ‘Al Imamah al Udzma ‘inda Ahli as Sunnah wa al Jamaah’ (1987) karya ulama besar asal Mekkah Prof Dr Abdullah bin Umar Dumaiji menyajikan olahan 260 kitab rujukan tentang konsep kepemimpinan dalam Islam bahkan secara gamblang membahas Khilafah sebagai sistem pemerintahan yang Allah fardlu-kan atas kaum Muslim. Bahkan Imam Qurthubi menyebutnya sebagai ‘a’dzamul waajibat yaitu kewajiban paling agung. Syaikh An Nabhani menjulukinya sebagai ‘taajul furudh, mahkota kewajiban.
Jika Khilafah adalah sistem yang di-fardlu-kan/diwajibkan, maka bagaimana hukumnya bila saat ini kita tidak memilikinya? Bukankah telah nyata di hadapan kita bahwa akidah Islam banyak dinistakan, syariat Islam bukan hanya banyak diabaikan tapi bahkan dihina dan dimusuhi. Apalagi ajaran tentang dakwah Islam, saat ini dikriminalisasi. Negara yang sepatutnya menjadi pelaksana dakwah Islam ke seluruh dunia sebaliknya malah membebek program asing mengkriminalisasi ajaran Islam tentang Khilafah.
Kedua, Khilafah adalah janji Allah. Tegaknya Khilafah di jaman kita setelah 95 tahun ketiadaan Khilafah sering dianggap hal yang sangat berat bahkan utopis. Dianggap sangat berat karena semakin dominannya sistem hidup sekuler mencengkeram setiap urat nadi hidup umat Islam.
Mari kita tengok nash-nash syariat baik di dalam Alquran maupun Assunnah tentang janji kemenangan dan kembali tegaknya Khilafah. Ada banyak nash yang mengangkat itu. Di antaranya, dalam QS An Nur: 55 Allah nyatakan ‘ Allah akan memberi kemenangan berupa tegaknya kembali kekhilafahan kepada orang yang beriman dan beramal shalih..’. juga di dalam hadis riwayat Ahmad, kaum Muslim akan mengalami 5 masa,…tsumma takuunu khilafah ala minhajin nubuwwah..’
Ketiga, Khilafah adalah solusi problem manusia. Al khilafatu ‘ilaajun. Saat ini kita punya problem individual, bermasyarakat dan bahkan Negara kita juga menghadapi beragam krisis. Bukan hanya negeri kita tapi dunia juga sedang menghadapi krisis global. Beragam solusi coba ditawarkan namun tidak berujung penyelesaian malah muncul masalah baru sebagai ikutan.
Ya, manusia harus menyadari bahwa dirinya lemah. Curahan pikir manusia juga terbatas, tidak mampu mencapai hakikat. Apalagi, semua aturan yang dibuat tidak lepas dari kepentingan pribadi dan golongannya, rawan memunculkan pertentangan dan tidak akan sanggup mewujudkan maslahat bersama apalagi menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sebaliknya aturan dari Sang Khaliq adalah yang terbaik karena bersumber dari DzatYang Mahatahu. Tinggal kita gali dan kita sajikan sebagai tawaran nyata mengakhiri beragam krisis individual, lokal dan internasional. Yang jelas, tawaran menjadikan Khilafah dan sistem Islam sebagai solusi bukan hanya berbasis imani tapi sudah teruji nyata dalam pemberlakuan Khilafah dan mampu me-ri’ayah dunia sepanjang hampir 13 abad.
Dan jangan sekali-kali melupakan sejarah. Rasulullah dan umat Islam diberi kemenangan oleh Allah dengan tegaknya Daulah Madinah saat kaum musyrik Quraisy semakin keras memberi tekanan pada Muslim di Makkah. Di saat yang sama Allah memberikan jalan terbukanya pintu penerimaan masyarakat Yatsrib.
Sirah Ibnu Hisyam mengutip riwayat bagaimana para pengemban Islam di sana memastikan bahwa semua rumah sudah dimasuki ajaran Islam. Hingga pemuka suku Khazraj berbisik satu sama lain, “ Ketahuilah, demi Allah, ini adalah Nabi yang pernah dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kalian, maka jangan sampai mereka mendahului kalian..”
Mari menjemput kemenangan Islam dengan berkontribusi maksimal menyampaikan yang haq tentang Islam dan Khilafah, karena itulah tuntutan iman kita dan demi tunaikan kewajiban terbesar. Allahumma inna nas’aluka bi ‘audatil Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah waj’alna min man aqaamaha bi aydiina..
Post a Comment