Jangan Nodai Marwah Santri

Oleh : Hawilawati
(Praktisi Pendidikan, Member Revowriter Tangerang)

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merilis trailer film The Santri via Youtube, Senin (9/9/2019). Film yang digarap bareng Livi Zheng seorang produser Hollywood asli Blitar Indonesia ini mengangkat cerita dengan latar belakang pesantren. 

Menurut Said Aqil Shiroj, film yang akan dirilis pada hari santri Nasional 22 Oktober mengandung nilai-nilai Islam yang santun, toleran, ramah, plural, Islam membawa budaya, Akhlakul karimah, jauh dari Islam radikal, ekstrem apalagi teroris.

Adapun naskah film "The Santri" dengan genre drama action tersebut berasal dari PBNU, dengan revisi dari pihak Livi Zheng, agar film garapannya bisa masuk pasar AS.

Pasca tayangnya trailer yang berdurasi beberapa menit menuai kontraversi dari berbagai kalangan ulama, sebagaimana di lansir di Wartakota  bahwa ada dua hal yang di komentari Ustadz Abdul Somad (UAS),  yaitu : 
Pertama masuk  ke rumah ibadah.
"Dalam Islam, mazhab Syafii mengharamkan masuk ke dalam rumah ibadah (yang) di dalamnya ada berhala," tegas UAS.
Kedua, tentang masalah laki-laki dan perempuan berdua-duaan tak mahrom (wartakotalive.com Kamis 19/09/19)

Bahkan dikalangan kaum peduli generasi dari berbagai komunitas juga turut memberikan pernyataan bahwa film ini jauh dari karakter  kehidupan pesantren.

Aktivitas tersebut memang tidak pernah kita temui di dalam kehidupan pesantren. Namun jika adegan berduaan, masuk gereja tersebut dinilai aktivitas Islam ramah, apakah dengan menerapkan pergaulan Islami yang sebenarnya dalam kehidupan pesantren disebut sebagai pesantren radikal? Bagi penulis yang familiar dengan kehidupan pesantren, melihat trailer yang hanya berdurasi beberapa menit , juga sedikit menilai film ini tidak mencerminkan kehidupan pesantren. sejatinya kehidupan pesantren sangat menjaga kewaro-an pergaulan santrinya,  sangat hati-hati dalam urusan Aqidah, serta tidak terobsesi  berkiblat kepada barat. Disinilah kaum muslimin harus kritis terhadap pesan moral apa yang akan disampaikan sang pembuat dan pemodal film jika alur cerita tersebut jauh dari kehidupan pesantren. 

Film adalah hasil karya manusia yang asal hukumnya adalah mubah, selama tidak ada unsur yang melanggar syariat. Film islami  tidak hanya menampilkan unsur hiburan atau mendongkrak banyak penonton saja, namun  memiliki konten pesan edukatif yang sebenarnya, adab berdasarkan tuntunan syariat. Jika apa yang ditayangkan bersebrangan dengan aqidah islam kemudian di publish hingga melahirkan image kehidupan pesantren layaknya kehidupan bebas kaum terpelajar dalam sekolah umum, bahkan sampai ditiru aktivitas melampaui batas oleh umat islam, tentu ini sangat berbahaya, sebagai salah satu upaya pengrusakan aqidah Islam yang  shohih.

Pesantren adalah lingkungan strategis membina kaum terpelajar generasi islam, pesantren sangat dikenal  sebagai komunitas  orang-orang sholih, pesantren merupakan sekolahnya calon ulama atau kaum yang kelak akan menjadi representatif bagi umat dalam hal agama.

Bukan rahasia umum lagi, saat ini pesantren  kerap kali menjadi sasaran empuk kaum yang ingin menjauhkan umat dari ajaran Islam yang utuh sempurna, kaum yang ingin mematikan bibit ulama,  mulai  memburamkan kurikulum yang diajarkan, ilmu-ilmu didalamnya  perlahan-lahan di pangkas dari ajaran  Islam Kaffah seperti bab jihad dihapus, kemudian fiqih pergaulan islami yang tidak mendalam dan kini karakter kehidupan pesantren serta kaum santrinya dibuat pribadi bebas layaknya kaum yang tidak faham pergaulan islami.

Pesantren sejatinya tidak hanya sekedar lembaga yang mentransfer ilmu islam saja tetapi menjadikan civitas orang didalamnya berkepribadian Islam.

Marwah santri adalah ia memiliki karakter yang kuat dan unggul, mampu membedakan yang haq dan bathil, membedakan yang abu-abu dan jelas karena mereka terbina kuat dengan Aqidah yang shohih, tsaqofah islam yang luas, sistem pergaulan islami yang benar, serta memiliki visi hidup  ukhrowi yang siap mamajukan bangsanya  dalam menyelamatkan peradaban.

Jangan keliru, ketika kaum santri terjaga pergaulannya serta tidak melakukan toleransi yang melampaui batas bukan berarti akan menjadi santri yang terbelakang.

Sangat ironis jika film yang akan ditayangkan secara meluas ini tidak  mencerminkan kehidupan pesantren dan marwah kaum santri.

Ketika negeri tidak berpijak dengan hukum  Allah, maka segala aktifitas masyarakatnya riskan dengan kebebasan tak terkecuali dunia seni, akan mudah  memuat nilai- nilai sekuler, kapitalis dan liberal. Disinilah betapa pentingnya peran ulama bagaikan bintang di langit yang mengarahkan segala pandangan dan amalan umat  kepada yang haq dan ma'ruf, bukan kepada hal yang abu-abu bahkan menyesatkan aqidah dan peran penguasa yang bisa mengedukasi rakyat, mana tontonan islami yang layak di publish, mencerahkan dan memajukan pemikiran umat dan mana yang bersebrangan dengan aqidah.
Wallahu'alam Bishowwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post