Hortikultura Dalam Pandangan Islam

Oleh : Sumiati  
(Praktisi Pendidikan)

Kita sering mendengar istilah hortikultura, istilah hortikultura sendiri  asalnya dari bahasa latin yaitu dari kata Hortus artinya Kebun, dan kata culture artinya Bercocok tanam. Jadi secara umum hortikultura adalah segala kegiatan bercocok tanam seperti sayur-sayuran, buah-buahan, ataupun tanaman hias dimana lahan (kebun atau pekarangan rumah) sebagai tempatnya. 

Kementerian Pertanian terus membuka potensi pasar ekspor untuk berbagai komoditas. Salah satunya Hortikultura. Untuk sayuran, misalnya, Kabupaten Bandung tercatat menjadi pemasok andalan ke negara Singapura. "Pasar produk pertanian khususnya berupa sayuran dan buah-buahan sangat terbuka luas di Singapura," ujar Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan, Ali Jamil saat melepas ekspor di Gudang PT Gapura Angkasa, Garuda Indonesia, Tangerang, Banten, Jumat (6/9/2019). 

Ali mengatakan, pemerintah pun tengah berupaya membuka keran ekspor tanaman hias ke berbagai negara di seluruh dunia, di antaranya ekspor tanaman hias yang sudah menembus pasar Belanda. Ads by AdAsia "Kemudian ada juga beberapa jenis komoditas lainnya yang sudah diekspor ke Cina dan negara-negara lain di kawasan Asia, Eropa, serta Amerika. Adapun jenis yang sering dikirim adalah selada air, jamur, buncis, lobak, bit, labu siam, waluh lokal, dan kentang," katanya. Tahun 2019, Ekspor Perkebunan dan Peternakan Tumbuh 4,4% Kata Ali, semua bahan komoditas itu dikirim dari beberapa daerah seperti Provinsi Jawa Barat, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Indonesia bagian Timur lainnya. Adapun beberapa produk pertanian yang sudah dilepas pada bulan ini antara lain buah mangga sebanyak 1,6 ton, bibit tanaman hias sebanyak 141,3 ribu batang, Sarang Burung Walet (SBW) sebanyak 51,5 kilogram, telur Hatching Eggs (HE) sebnyak 60,5 ribu butir serta ular jali sebanyak 1.000 ekor. 

"Total nilai ekonomi ekspor produk pertanian yang diekspor kali ini sebesar Rp2,2 miliar," katanya. Sementara itu, khusus untuk pengiriman produk hortikultura, pemerintah sudah membuat rute pengiriman, yakni melalui Bandar Udara Soekarna Hatta dan Pelabuhan Laut Tanjung Priok. Penggunaan di dua lokasi ini dibuat untuk menyesuaikan tingkat ketahanan masing-masing komoditas yang diekspor. Kekeringan, Kementan Tak Akan Impor Beras Hingga Akhir Tahun "Ekspor sayuran ini semakin membuktikan bahwa pemerintah berkomitmen meningkatkan produksi dan kualitas komoditas sayuran. Tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun sanggup mengisi pasar luar negeri," katanya. Di sisi lain, Balai Karantina Pertanian telah menggagas program Agro Gemilang untuk meningkatkan kualitas barang dan membuka keran ekspor. Program ini tidak hanya berfokus pada pendampingan teknis, namun juga edukasi pada calon eksportir baru dengan menggunakan aplikasi. "Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian, kita harus fokus untuk mendorong ekspor. Inovasi dan terobosan perkarantinaan ditujukan untuk percepatan layanan dan juga fungsi fasilitator," katanya. 

Ali menambahkan, saat ini badan karantina juga terus melakukan pendampingan pada petani maupun rumah kemas di seluruh daerah. Pendampingan ini bertujuan memenuhi standar bebas hama sesuai syarat dari negara tujuan. Sedangkan untuk bidang perbenihan dan budidaya, lanjut Jamil, semua unit dan direktorat teknis di lingkup Kementan diharapkan turut berperan aktif melakukan pendampingan. "Apalagi jumlah ekspor Pertanian terus mengalami peningkatan. Pengiriman berbagai jenis sayuran seminggu 5 kali, sedangkan buah-buahan 3 hingga 4 kali seminggu ke Singapura," tandasnya.

Apa yang di beritakan oleh Kementerian Pertanian memang luar biasa, jika tidak melek fakta di lapangan, para petani yang kian menjerit, modal yang dikeluarkan begitu besar, namun pemasukan dari hasil panen belum seimbang. Di tambah lagi dengan bibit yang mereka buat sendiri tidak menghasilkan hasil yang sempurna. Masyarakat di paksa membeli bibit yang nyatanya hal ini sangat memberatkan para petani.

Alih-alih para petani diarahkan untuk membeli bibit dari pemerintah, awalnya tumbuh sangat baik, dengan hasil memuaskan, namun belakangan ini hal itu tak nampak. Yang ada tanaman sayur memburuk dengan hasil pun buruk. Ada pertanyaan besar dalam benak para petani, inikah buktinya bibit atau pupuk dibuat tidak baik, agar ada pembenaran untuk ekspor sayuran dari negara lain? Karena akhirnya hasil sayuran berkurang, akhirnya  memutuskan ekspor.

Inilah negeri kapitalis, walaupun di sisi lain hasil pertanian melimpah sekalipun, tidak menjadi halangan untuk tetap ekspor. Ini menyebabkan para petani semakin bingung, arahnya penguasa bekerja untuk siapa. Jika tugasnya melayani rakyat, tentu hal ini tidak akan terjadi.

Jika sistem Islam yang diberlakukan, tentulah hal seperti ini tidak akan terjadi, hortikultura yang dijalankan para petani dengan pendampingan penguasa akan sangat membantu memberdayakan kemampuan para petani dalam bercocok tanam. Bahkan Indonesia ini akan menjadi sebuah negara yang sangat mengagumkan bagi negeri-negeri lain.

 Mereka mengatakan Indonesia bagaikan surga dunia, dengan kesuburan yang dimiliki, hutan hijau yang asri, sawah luas terhampar menyejukan hati, apalagi jika dikelola sesuai dengan hukum alam.

Alangkah nikmatnya hidup untuk menjalani proses menuju Ilahi. Dalam naungan Islam kafah dengan bingkai Daulah Khilafah. 

Wallaahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post