Hakikat Hijrah; Menuju Islam Kaffah

Oleh: Fardila Indrianti, S.Pd
(Member AMK dan The Voice Of Muslimah Papua Barat)

Tahun Baru Hijriyyah telah menjadi sebuah tradisi di kalangan kaum Muslimin. Tahun Baru Hijriyyah adalah suatu momen yang sarat dengan sejarah yang agung, yang sejatinya bukan hanya  sekedar peringatan pergantian tahun semata. Tahun Hijriyyah ditetapkan sebagai penanggalan kaum muslimin yang titik awalnya mengacu pada peristiwa hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Mekah ke Madinah. Adapun, tujuan Rasulullah Saw berhijrah saat itu adalah untuk membentuk masyarakat Islam di Madinah yang menerapkan hukum Allah secara kaffah.  Mulai saat itulah, Muhammad Saw bukan hanya seorang Rasul, penyampai risalah Allah, tetapi juga pemimpin sebuah negara yang mengurusi umat islam dengan syariatNya, membela agamaNya dan mengemban dakwah Islam hingga keluar jazirah Arab. ”Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang haq dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan,” kata Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan menjadikan hijrah Rasul sebagai titik awal penanggalan tahun Hijriyyah. 

Namun yang saat ini terjadi, tahun baru Hijriyyah dijadikan sekedar acara seremonial belaka, ini bukanlah isapan jempol belaka. Fakta dilapangan menunjukan, berbagai acara dan kemeriahan dilakukan dalam menyambut tahun baru Islam ini, bahkan tidak sedikit yang menimbulkan pelanggaran syariat, seperti acara pawai akbar atau jalan santai yang diadakan di hampir setiap kota di Indonesia memperlihatkan adanya ikhtilat yang luar biasa, bagaimana anak-anak dan para ibu didandani dengan "wah" bahkan tabarruj ketika mengikuti kegiatan tersebut, tidak ada pemisahan yang jelas pada barisan laki-laki dan perempuan, dan masih banyak lagi. 

Padahal, jika menelisik kembali kepada hakikat hijrah itu, ada momentum dan hikmah besar yang perlu dipahami oleh setiap kaum muslimin. Realitas kehidupan hari ini yang harus dikembalikan kepada nilai-nilai hijrah yang sesungguhnya. Betapa banyak hal yang harus dibenahi bangsa ini terutama kaum muslimin dibanding sekedar perayaan tahunan semata. Kerusakan dan kemaksiatan tersistematis yang bersumber dari penerapan sistem kapitalis melahirkan berbagai pemahamanan yang justru menjerumuskan manusia kedalam jurang kehinaan. Gaya hidup hedonisme dan liberalisme menjerat bahkan keluarga-keluarga kaum muslimin, maka tidak heran banyak anak dan remaja korban broken home yang berakhir pada tawuran, narkoba, seks bebas bahkan terjerumus ke dalam jerat LGBT dan aborsi, na'uzubillah. Hal ini diperparah dengan berbagai kebijakan yang diambil penguasa yang justru melahirkan  banyak ketimpangan. Solusi tambal sulam yang diberikan penguasa menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin melarat, ini pun masih tega dilakukan penguasa dengan merampas hak-hak rakyat atas nama pemerataan pembangunan. 

Islam yang menjadi satu-satunya solusi atas segala permasalahan manusia melalui seluruh syariatnya bahkan dikriminalkan dan dijadikan kambing hitam atas ketimpangan yang terjadi, maka tak heran saat ini kaum muslimin menjadi takut terhadap ajaran agamanya sendiri karena takut dicap sebagai radikal, teroris, maupun biang perpecahan. Fungsi keluarga, masyarakat bahkan negara menjadi sangat lemah, menghasilkan individu-individu yang mudah terbawa arus. Kondisi kaum muslimin berada dalam kegelapan dan dominasi sistem jahiliyah modern yang menyebabkan berbagai penderitaan, kerusakan dan kedzaliman.   

Bukankah umat baginda Rasulullah Saw adalah sebaik-baik umat? Maka tidak ada jalan lain untuk mengembalikan umat ini sebagai umat terbaik, selain harus menjadikan Islam kaffah sebagai pedoman hidup.  Hal ini bisa terwujud dengan cara menerapkannya dalam sebuah kekuasaan (negara) seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw di Madinah, yang dimulai dengan peristiwa hijrah. Gelombang dakwah dan hijrah yang hari ini mulai bangkit dan terus mengalir, harus kita sadari sebagai momen sakral dan penting, yang tidak boleh berlalu begitu saja. Spirit hijrah  adalah spirit perubahan dan peralihan dari keburukan menuju kebaikan. Maka semangat ini harus terwujud dalam keseharian kita. Hijrah dari segala bentuk kejahiliahan menuju Islam kaffah, dari masyarakat jahiliah menuju masyarakat berakhlaqul karimah. Fakta masyarakat kita hari ini harus segera diubah, dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang taat terhadap segala syariat Allah. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah An-Nisa yang artinya.

“Siapa saja yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Siapa saja yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpa dirinya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (TQS. An-Nisa’ [4]: 100)

Hendaknya kita menyadari kehidupan di dalam Islam sejatinya adalah hidup yang menenangkan, penuh keberkahan, kedamaian, kecukupan, dan membawa keselamatan dunia dan akhirat. Aturan yang ditetapkan Allah adalah sebaik-baik pedoman yang diberikan kepada makhluk ciptaanNya sehingga jika ingin selamat di dunia maupun akhirat hendaknya dijalankan segala syariat Allah dengan penuh keridhoan hati. Kita tentu ingin berislam secara sempurna (Kaffah),  hijrah dari kemalasan dan kemaksiatan menuju ketaatan kepada seluruh hukum Allah Ta'ala. Dan hal terpenting adalah hendaknya kita mencampakan sistem kufur yang menjerat manusia kepada sistem Islam, hijrah kepada sistem yang telah terbukti menjadi rahmatan lil 'alamin selama berabad-abad lalu, itulah hakikat hijrah yang sesungguhnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post