Foto Google
By : N3 |
“Huuuuh,”. "Reisha, yach, Reisha, gadis imut-imut yang kerjaannya sebagai sales rokok itu ya," jawab Joe.
"Bukan yang itu!" jelas Budi!
"Ouoohh,, ya.. yaa, aku baru ingat, balas Joe sambil menganggukan kepala,”.
“Kemarin malam, aku masih berbincang dengannya. Itu via Whatsapp!”.
“Dan memang sih, kalau dinilai dari percakapan yang terjadi, sepertinya, ada kesan Reisha ada perhatian dengan Joe. Itu pun baru dugaan,”. Sebab Joe tidak ingin memikirkan terlalu jauh.
“Coba lihat!, ini percakapan Joe dengan Reisha!”.
Sesaat, Joe menarik kembali telepon genggamnya, yang akan disodorkan kepada Budi.
“Bud, bagusnya saya bacakan saja, sebab banyak rahasia perusahaan didalamnya,” jelas Joe agar chating lainnya tidak terbaca Budi.
Reisha : “Assalamu’alaikum bang, apa dh plg kerja,”.
Joe : “Wa’laikumsalam. Nich, barusan sampai dirumah”.
Reisha : “Duh, capek ya,, jangan terlalu diforsir tenaganya atuh, ntar sakit lho”.
Agar tidak bertele-tele, dan mengetahui maksud Reisha, Joe bertanya dengan singkat.
Joe : “Emang ada yang perlu disampaikan!, atau butuh bantuan Joe?”.
Reisha ”Kok ngomongnya seperti itu!, memang tidak boleh ya,? Reisha bertanya!”.
Ada nada kekecewaan, dalam bahasa yang disampaikan Reisha.
Sadar akan kekasarannya, lalu Joe mengirim gambar smile dan meminta maaf kepada Reisha.
Joe : “Maafkan Joe yaa, Realy,! tidak ada niatan Joe untuk membuat ketidak nyamanan percakapan ini terjadi, cuman Joe lagi lelah saja“.
Joe memberi penjelasan untuk menetralisir perasaan Reisha.
Joe : “Oh ya, jadi kan kita ketemuan besok?, lagian cerita 2 hari yang lalu, bertemu dengan salah satu Direktur Bank itu, mendapat respon positif. Dan yang bersangkutan telah membuat janji dengan kita!”.
Reisha : “Emang benar ya bang, nanti Reisha jemput abang ya, biar barengan dan ada teman untuk saling diskusi nich!”.
Reishapun mengirim gambar smile dengan kedua mata bergambar love.
Baca Sebelumnya :
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta (2)
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta (3)
“Itulah sepenggal ceritanya Bud,”. Ucap Joe pada Budi, usai membacakan hasil percakapan dengan Reisha didalam ponselnya.
“He..he…he. memang wow gitu, kayaknya ada yang bermain hati nich!,”. Tiba-tiba dari belakang Joe datang Novwibawa yang akrab dipanggil (abang Awik).
Dan selama Ia berkecimpung dalam dunia pewarta (wartawan), abang Awik merupakan salah seorang senior, yang dihormati, karena pola pikirnya yang seringkali memberi saran-saran positif dan memecahkan persoalan, apabila teman-teman dikalangan wartawan, menghadapi masalah.
“Hati-hati Joe!, Reisha itu orangnya seriusan, dan tidak suka dipermainkan, apalagi disakiti!” ucap bang Awik mengingatkan sambil menggoda Joe.
Sesaat, kedua tangan, Awik mengusap pundak Joe dengan pelan.
“Tidak apa-apa bang, Joe bisa mengendalikan diri kok!”. Lalu sebuah kursi ditarik Joe, dan mempersilahkan Awik untuk duduk.
“Joe!,” ucap Susi, yang telah ikut nimbrung bersama teman-teman yang lain. “Kebetulan ada puisi bagus nich,! atau apalah namanya!, apa mau Joe mempostingnya?,” celoteh Susi, yang saat itu meminum teh pesanannya yang telah terhidang.
“Dikirimkan lewat WA, saja ya,”.
Joe hanya mengangguk, meski Ia tidak mengetahui, apa maksud dari Susi tadi.
Sahabat Ku...
Hidup begitu singkat
Jangan hempaskan hati Mu
Dalam kesunyian....
Terkadang nelangsa
Membuat kita bijak
Meski waktu terus menggilas
Harapan dan impian
Akan selalu ada
Dan takkan hilang….
Hingga sang waktu
Membatasinya……………….
Ini, kata-kata melow, Namun mengandung motivasi yang kuat didalamnya.
Joe merenung, pikirannya melayang pada Aprilia. Ia mencoba merangkai satu-satu peristiwa beberapa hari belakangan ini.
“Apa mungkin Aprilia, telah membaca pesan-pesan yang ada didalam WA nya ?”.
Jantung Joe berdegub, yach... pasti ada hubungannya dengan sikap Aprilia pagi tadi.
Bersambung ....................
Post a Comment