BPJS, Jaminan Sosial Rasa Rentenir 



Oleh: Merli Ummu Khila 
(Kontributor Media)

Hidup semakin sulit. Beban hidup rakyat seolah tak kunjung pergi. Dalam kondisi kesulitan memenuhi kebutuhan pokok individu yaitu pangan, papan dan sandang. Rakyat kembali dipusingkan dengan kenaikan kebutuhan dasar lainnya seperti BBM, listrik dan air. Kini ditambah lagi dengan kenaikan iuran BPJS.

Sejak jaminan kesehatan beralih ke BPJS, pelayanan kesehatan dirasa belum maksimal. Banyak sekali yang dikeluhkan masyarakat, mulai dari obat yang sering langka, prosedur rujukan yang berbelit, penolakan pasien peserta BPJS dengan alasan kamar penuh, bahkan pembatasan beberapa penyakit yang tidak dijamin BPJS. Melihat fakta tersebut, lahirnya BPJS dinilai belum memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Di tengah kekecewaan masyarakat terhadap pelayanan BPJS, rakyat dikejutkan dengan kabar kenaikan iuran BPJS. Tidak tanggung-tanggung naiknya hingga dua kali lipat. Benar-benar kebijakan yang semakin mencekik rakyat.

Dilansir dari Liputan6.com, 08/09/2019. Pemerintah memutuskan untuk menaikkan iuran BPJS Kesehatan sebesar 100 persen mulai 1 Januari 2019. Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan, rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kelas I dan II akan naik secara efektif pada 1 Januari 2020. Masing-masing kelas ini akan naik dari Rp 80.000,00 menjadi Rp 160.000,00 dan Rp 51.000,00 menjadi Rp 110.000,00.

Hal ini tentu saja mendapatkan banyak penolakan dari masyarakat, mulai dari rakyat biasa hingga politisi. Terlebih bagi masyarakat non Penerima Bantuan Iuran (PBI). Masyarakat pun menjadi dilema. Ikut anggota harus membayar setiap bulan tapi jika tidak ikut kepesertaan maka akan dipersulit dalam beberapa hal. Semisal  pembuatan SIM, bahkan ada wacana kepesertaan BPJS akan menjadi persyaratan masuk sekolah dasar. Sungguh sebuah dilema. Bahkan rencananya pemerintah akan mengintensifkan penagihan dengan media email dan Whatsapp bahkan akan menagih door to door. 

Jaminan sosial hendaknya tidak berbicara untung dan rugi. Karena kesehatan rakyat adalah tanggung jawab negara. Jika ada masalah defisit harusnya negara mengevaluasi sistem kerja BPJS, bukan  serta merta dengan menaikkan iuran. Ditambah lagi adanya wacana yang seolah memaksakan rakyat untuk membayar dan melunasi tunggakan. 

Pangkal dari segala permasalahan ekonomi di negeri ini disebabkan oleh kesalahan dari sumber pendapatan negara hingga ke pengelolaannya. Pendapatan negara yang mengandalkan pajak, sudah tentu tidak akan bisa menutupi anggaran belanja negara. Jika dipaksakan, maka terjadi sebagaimana yang dialami oleh negara saat ini. Defisit anggaran yang membuat pemerintah memangkas subsidi dan memaksimalkan pajak. Yang pada akhirnya menyengsarakan rakyat. 

Sebuah harapan kesejahteraan tidak akan pernah bisa direalisasikan selama negara masih dalam cengkeraman kapitalis liberal. Dimana saat ini negara sudah tidak lagi menjalankan Pancasila dan gagal memenuhi amanat konstitusi. Tidak perlu seorang pengamat politik, masyarakat bawah pun bisa menilai betapa zalimnya rezim ini. 

Jadikan Islam Sebuah Solusi 

Jika negara ingin lepas dari segala keterpurukan, maka harus ada perubahan mendasar yang menjadi solusi paripurna. Perombakan sistem menjadi keniscayaan demi lepas dari hegemoni Barat dari segala aspek. Dan tidak perlu mencari solusi yang belum pernah dilalui, cukup berkaca pada sejarah peradaban Islam. 

Islam tidak hanya sebuah agama namun juga merupakan ideologi. Yaitu seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari kehidupan rumah tangga sampai kehidupan bernegara. Dalam Islam, kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang menjadi tanggung jawab negara. Negara menjamin kebutuhan primer, pendidikan dan kesehatan bagi rakyat tanpa membebani. 

Seorang sejarawan Barat, Will Durant secara jelas juga menegaskan:

“Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya adalah al-Bimarustan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.” (Will Durant – The Story of Civilization).

Tidak akan ada keraguan dalam menjalankan negara jika aturan yang dipakai bersumber dari Yang Maha Pencipta. Terlebih hanya sistem Islamlah yang dijalankan Rasulullah Saw selama hidupnya. Dan telah terbukti mengantarkan umat pada kejayaan selama kurang lebih 13 abad. Mari kita mengikuti jejak langkah Rasulullah Saw selaku junjungan dan teladan umat.

Wallahu a'lamu bi ash shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post