Wanita dalam Kubangan Lumpur Kapitalis

Oleh : Annisa Arifin

Wanita adalah perhiasan dunia. Betapa tidak, berbagai jenis keindahan tersemat pada dirinya. Belum lagi peranannya yang begitu strategis dalam tatanan hidup berumah tangga, bermasyarakat, hingga bernegara. Jika laki-laki merupakan seorang pemimpin, maka sudah ada 2 wanita yang berperan, ibunya sebagai pendidik dan istrinya sebagai pendamping. Tidak hanya itu saja, melalui tangan wanitalah terbentuknya arah generasi di sebuah negeri, apakah ia akan menjadi generasi yang gemilang ataukah ia akan menjadi generasi yang tertinggal. 

Besarnya peranan seorang wanita, menjadikan ia disoroti berbagai kalangan disetiap negara. Hal ini ditandai dengan menjamurnya pembentukan berbagai komoditas/ gerakan pemberdayaan perempuan dari berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, bahkan politik. Sebut sajalah ekonomi pemberdayaan perempuan, yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan wanita terhadap laki-laki, sehingga mereka dapat mandiri serta dapat menekan tindak kekerasan terhadap kaumnya. Belum lagi isu kesetaraan gender yang dilakukan untuk menempatkan wanita pada posisi yang sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek. Berbagai upaya dilakukan untuk menempatkan wanita pada posisi terbaik, agar ia mampu menyokong kemajuan negeri.

Namun pada faktanya, hingga hari ini kaum wanita selalu menjadi korban kekerasan, bahkan pelecehan seksual terhadap wanita, meningkat setiap tahunnya. Menurut data yang dilansir oleh laman detik.com wanita kerapkali menghadapi diskriminasi di tempat kerja, mengalami kekerasan dalam rumah tangga, dan bentuk kejahatan lainnya. Tidak hanya itu, tingginya kasus perceraian salah satunya disebabkan oleh wanita yang berkarir diluar rumah, sehingga mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri. Bahkan kenakalan remaja yang terjadi faktor utamanya adalah kurangnya peranan yang diberikan oleh seorang ibu terhadap anaknya, dalam upaya membentuk karakter yang baik. Maka dapat dikatakan, sangat erat kaitannya kerusakan sebuah negeri, disebabkan oleh rusaknya kaum wanita.

Walhasil, inilah hasil bentukan wanita dalam sistem kapitalis. Jika dilihat dari tujuan yang ingin dicapai pada sistem ini, maka sangat wajar yang dihasilkan hanyalah sebuah kerusakan. Karena terget utamanya adalah mencapai kepuasan jasmani, yang dicapai dengan pemenuhan nafsu dan materi. Wanita dalam sistem ini hanyalah dimanfaat sebagai lahan pendulang kekayaan. Pada bidang perekonomian, wanita dieksploitasi tubuhnya dalam berbagai hal, misalnya bidang periklanan wanita hanya digunakan sebagai daya tarik konsumen terhadap barang yang dijual, yang digunakan sebagai pelengkap nafsu mata laki-laki yang memandangnya. Wajar saja, jika kekerasan seksual terhadap wanita semakin meningkat setiap tahunnya. Sebab tidak diterapkannya syariat islam, yang akan melindungi wanita dari aktivitasnya disisi kaum laki-laki, hingga perlindungan hukum yang akan memfasilitasi seorang wanita.
Lain halnya dengan Kapitalis, Islam memandang bahwa wanita adalah kaum yang harus dilindungi baik dari sisi kehormatannya maupun dari sisi aktivitasnya. Sepaket aturan islam akan menjadikan wanita mulia dipandang dari sisi manapun. Sebab wanita dalam sistem ini akan dididik sesuai dengan perintah Tuhan yang menciptakannya, yaitu Allah SWT. Jika ia menjadi seorang anak, maka ia akan berbakti kepada orang tuanya dan menjadi jembatan penghubung kedua orang tuanya ke surga kelak di yaumil akhir. Jika ia menjadi seorang istri, maka ia akan mengikuti perintah suaminya, penjaga harta suaminya, dan pengayom bagi anak-anaknya. Telah jelas, bahwa kemuliaan wanita tidaklah didapat melalui peranannya yang menyaingi laki-laki dalam hal bekerja. Tidak pula didapatkan melalui eksistensinya yang beraktivitas diluar rumah. Ataupun kesetaraan gender yang digaungkan oleh berbagai pihak.

Seorang wanita hanya akan menjadi mulia ketika ia mampu menerapkan syariat islam secara keseluruhan. Dengannya ia akan terjaga dari berbagai hal yang akan merugikan kaum wanita.  Hal ini hanya akan bisa dilaksanakan melalu institusi yang juga menerapkannya secara kaffah, yang hanya bisa ditempuh melalui sistem khilafah. 

~ Waullahu’alam ~
Previous Post Next Post