Ramadhan dan Taqwa

Oleh : Iis Nur 

Tak terasa bulan yang selalu di nanti, bulan yang istimewa, bulan yang bertaburan pahala berlipat ganda, bulan yang di dalamnya ada satu malam lebih baik dari seribu bulan yaitu  Lailatul Qadar. 

Bulan Ramadhan bukan hanya di nanti di Indonesia saja tetapi seluruh Muslim di dunia. Sebagai Muslim bulan Ramadhan kali ini berharap puasa kita benar-benar bisa mewujudkan ketakwaan hakiki dalam diri. Sebagaimana firman Allah SWT :

_Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa *(TQS al-Baqarah [2]:183)*._

Untuk mewujudkan takwa dalam diri, ibadah puasa harus dikerjakan dengan benar (sesuai tuntunan al-Quran dan as-Sunnah) dan ikhlas semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT.

Takwa artinya menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa secara frasa _ittaqillah_ (bertakwalah engkau kepada Allah) dengan menyebutkan ciri-ciri orang bertakwa disini di jelaskan adalah orang yang mengimani yang ghaib, mendirikan shalat, menginfakkan sebagian harta,mengimani al-Quran dan kitab-kitab Allah SWT turunkan sebelum al-Qyran dan meyakini alam akhirat *(QS al-Baqarah [2]:1-4)*. Adapun secara frasa _haytsuma kunta_ bisa merujuk pada tiga yaitu tempat (makan), waktu (zaman) dan keadaan (hal).

Perlu dipahami bahwa takwa tak hanya cukup dengan puasa tetapi takwa mengharuskan setiap Mukmin senantiasa berupaya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Takwa harus diraih dengan totalitas kita mengamalkan seluruh syariah-Nya baik terkait aqidah dan ubadiah, makanan, minuman, pakaian dan akhlak; muamalah (ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, sosial, budaya, dll); maupun _'uqubat_ (sanksi hukum) seperti _hudud_, _jinayat_, _ta'jir_ maupun _mukhalafat_.

Untuk mewujudkan takwa sebagai hikmah dari buah puasa, kaum Muslim memerlukan kondisi yang mendukung dalam menjalankan ibadah puasa. Namun di tengah sistem kehidupan sekular saat ini yang pemimpinnya tidak menerapkan syariah Islam secara _kaffah_ dirasakan berat, seperti yang puasa harus menghormati yang tidak puasa, warung makan dibiarkan buka, suara adzan yang harus di kecilkan volumenya.

 Karena jika pemimpin tidak bisa menjaga puasa dari perkataan dusta _(qawl az-zur)_ akan membuat puasanya sia-sia. Dan seorang pemimpin tidak amanah yang mengkhianati Allah SWT dan Rasul-Nya, mereka akan mengkriminalisasi Islam dan kaum Muslim, membatasi kaum Muslim menjalankan ibadahnya, menghalang-halangi orang-orang yang memperjuangkan penerapan syariah dan penegakan Khilafah yang merupakan _taj al-furudh_ (mahkota kewajiban) dalam Islam.

Karena hanya dengan menerapkan Islam secara kaffah yang di pimpin oleh Khilafah sebagai perisai kaum Muslim di seluruh dunia mereka dapat mewujudkan ketaatan total dalam diri mereka kepada Allah SWT. Semoga Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir tanpa Khilafah.
Wallahu a'alam bi ash-shawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post