Ramadhan Dan Pemimpin Taqwa

By : Adisa NF

Marhaban yaa Ramadhan. Selamat datang Ramadhan, bulan yang Allah SWT perintahkan wajibnya berpuasa sebulan penuh, yang memiliki beribu keutamaan, berlimpah pahala, bulan diturunkannya Al Quran, bulan ampunan dan bulan yang didalamnya ada satu malam yang istimewa dan lebih baik dari seribu bulan. Itulah malam Lailatul Qadar. Singkatnya Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah berlimpah. 

Ramadhan tahun ini khususnya di Indonesia bertepatan dengan yang disebut tahun politik atau lebih tepatnya pesta lima tahunan, karena tidak sedikit negara harus "merogoh" anggaran begitu besar tuk menyelenggarakan "pesta" tersebut. Mau tak mau para elit politikpun berjibaku melanglangbuana demi meraih suara yang ditargetkan. Namun setelah usai, pemeran utamapun kebingungan, karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Malah banyak korban berjatuhan karena kelelahan, alih-alih usai pelaksanaan pesta membuat hati suka, sebaliknya banyak terluka. Walhasil meski belum tuntas banyak yang sedih, kesal, marah hingga putus asa menyelimuti hati masing-masing. Demikianlah sepenggal kisah "pesta lima tahunan" yang menyisakan luka bagi para pemujanya. 

Di sisi lain, Allah SWT memberikan kabar paling indah kepada seluruh umat muslim di dunia. Karena di bulan ini umat Islam diajak tuk menenangkan dirinya, mendekat pada Rabb-Nya, Yang Maha Pemberi segalanya, Sang Pengatur seluruh rencana manusia melalui bulan yang penuh berkah ini dengan diwajibkan puasa untuk seluruh umat muslim, dengan puasa bisa menghanratkan orang pada ketaatan dan akan mampu meraih derajat taqwa, sehingga lahir orang-orang shaleh dan amanah. 

Totalitas taqwa hanya akan terwujud apabila benar-benar mau menerapkan hukum Allah SWT saja bukan hukum aturan buatan belanda ( manusia). Orang-orang yang bertaqwa adalah yang takut pada Allah, apa saja yang diharamkan akan dijauhinya dan akan berupaya maksimal tuk melaksanakan apa yang Allah titahkan. " Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus (Islam). Karena itu ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan lain hingga kalian tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan agar kalian bertaqwa". ( TQS. Al An'am[6]: 153). Inilah bukti cinta Sang Pencipta pada hambanya yang senantiasa mendekat dan berjuang tuk menolong agamanya pasti akan ditunjuki ke jalan yang lurus ini. 

Untuk mewujudkan hukum Allah jelas sekali tidak bisa dilakukan oleh umat Islam jika aturan hukum yang dipakai dan diterapkan saat ini bukan hukum Allah SWT.  Karena penerap hukum adalah seorang pemimpin yang benar-benar faham hukum Islam secara kaffah. Pemimpin dalam Islam adalah penanggungjawab berbagai urusan. Apakah dia sebagai pemimpin rumah tangga, masyarakat maupun negara. Semua itu membutuhkan karakter pemimpin yang mampu melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik, benar dan amanah. Karena semuanya merupakan amanah yang berat. Bukan hanya di dunia namun yang paling berat adalah ketika berhadapan dengan Sang pencipta dan pemberi amanah itulah yang paling menakutkan. Siapapun tak bisa mengelak dari hasil kepemimpinanya, baik memimpin manusia skala kecil (keluarga) maupun besar ( negara). 

Oleh karenanya, menjadi seorang pemimpin bukan cita-cita yang sederhana dan ringan, sejatinya dia membawa beban dipundaknya yang harus ditunaikan sesuai yang dibebankan kepadanya. Wajar jika orang yang memahami tanggungjawab seorang pemimpin dia tidak akan mau dijadikan pemimpin sebelum yakin akan kemampuannya dalam memimpin. Tidak seperti sekarang yang sedang kita alami, bagaimana para pemimpin umat tidak mengindahkan bahkan nyaris tidak melaksanakan amanah sebagai pemimpin yang mengurusi urusan umat(rakyatnya). Harga pangan melambung, tarif listrik "nyetrum" hingga ke uluhati, biaya pendidikan melangit belum lagi biaya kesehatan dan lainnya. Singkatnya, semua keadaan dan kebijakan lebih banyak mempersulit kehidupan umat dibanding mempermudahnya. 

Kaum muslim saat ini sangat penting mewujudkan pemimpin yang benar-benar bisa mewujudkan hikmah puasa dalam dirinya, yakni taqwa. Diantara kesempurnaan puasa pemimpin yang bertaqwa adalah menjaga puasanya dari perkataan dusta, karena kedustaan hanya akan membuat puasa seseorang sia-sia. Nabi saw bersabda : Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dan perilaku dusta maka Allah SWT  tidak membutuhkan upayanya dalam meninggalkan makan dan minumnya ( HR. Al Bukhari). 

Pemimpin bertaqwa adalah pemimpin yang amanah, yang tidak mengkhianati Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena itu pemimpin yang bertaqwa tidak mungkin menyalahi al Quran dan as Sunnah. Mereka tak akan mengkriminalisasi Islam dan kaum muslim, tidak menghalang-halangi apalagi memusuhi orang-orang yang memperjuangkan penerapan  syariah dan penegakkan Khilafah yang merupakan mahkota kewajiban ( taj al-furudh) dalam Islam. Bahkan mereka akan menerapkan syariah Islam secara kaffah sebagai wujud ketaatan total diri mereka kepada Allah SWT. [ANF]

Wallahu a'alam bi ash-shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post