Khilafah, Ketiadaanmu Derita Kami

Penulis : Harunnisa

Menjalankan ibadah dengan ketenangan di bulan Ramadhan kali ini belum bisa dirasakan kaum muslim di Jalur Gaza.Faktanya, di awal Ramadhan Israil menggempur jalur Gaza dan memborbardir pemukiman warga. Tidak sedikit yang menjadi korban, diantara korban terdiri dari bayi, ibu hamil dan orangtua. Seperti yang di beritakan di situs media online kumparan.com "Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tiga dari enam korban tewas itu adalah bayi Palestina berusia 14 bulan dan ibunya yang sedang mengandung. Pesawat Israel menembakkan rudal di dekat rumah dan pecahan peluru memasuki rumah, menghantam bayi kami yang malang," kata kerabat ibu dari bayi itu, Ibtessam Abu Arar, dilansir Reuters.

Lantas bagaimana sikap para pemimpin kaum muslim terhadap kejadian ini?

Mereka hanya berani mengecam dan tidak sedikit di antara mereka yang diam saja melihat kebiadaban zionis Israil ini.Pesan dari Rasul Muhammad SAW " dimana kaum muslim itu ibarat satu tubuh, jika salah satu bagian tubuh merasakan sakit maka seluruh anggota tubuh ikut merasakan sakitnya" ini tidak berada di benak kebanyakan para pemimpin kaum muslim saat ini, mereka lebih mengedepankan sikap Nasionalisme mereka,karena pemahaman inilah yang menjadikan negeri-negeri Muslim yang dulunya ummatan wahidan yang bearada dibawah satu kepemimpinan akhirnya terpecah belah menjadi negara-negara kecil.

Dengan melihat peristiwa yang sama terjadi dari tahun ketahun,kaum muslim yang ada di jalur Gaza khususnya dan kaum muslim dibelahan bumi manapun,maka mutlak adanya kaum muslim berada dibawah satu kepemimpinan yang tiada lain adalah kepemimpinan Islam, sebagaimana yang telah diwariskan oleh baginda nabi SAW,kemudian dilanjutkan oleh Khulafa'urrosyidin.

Didalam Islam, nyawa seorang muslim itu lebih berharga daripada dunia dan isinya.Sebagaimana hadits yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW
 Ù„َزَÙˆَالُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ø£َÙ‡ْÙˆَÙ†ُ عَÙ„َÙ‰ اللهِ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َتْÙ„ِ Ù…ُسْÙ„ِÙ…ٍ

“Lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan pembunuhan terhadap seorang muslim.” (Hr. Nasai 3987, Turmudzi 1395 dan dishahih al-Albani).
Islam, disamping mengajarkan kasih sayang, juga mengajarkan bagaimana bersikap terhadap yang telah membunuh dan melakukan kedzoliman kepada manusia, terlebih lagi kepada sesama muslim.

Sikap kepala negara telah di contohkan oleh baginda nabi SAW, Ketika perjanjian hudaybiyyah – yang berisi gencatan senjata selama 10 tahun berlangsung, Bani Bakr menjadi sekutu Quraisy sedang Bani Khuza’ah menjadi sekutu Nabi saw.

Akan tetapi, ketika kafir Quraisy menyangka umat Islam sedang lemah, mereka memprovokasi Bani Bakr untuk menyerang Khuza’ah, mereka mengirimkan bantuan personil dan senjata kepada Bani Bakr. Bani Bakr melakukan serangan mendadak di malam hari pada Bani Khuza’ah. Amru Bin Sâlim dari Bani Khuzâ’ah selamat dari serangan tersebut, Kemudian beliau mengadu kepada Rasulullah.

Mendengar hal tersebut, Rasulullah menyatakan :
"Engkau pasti akan ditolong wahai Amru bin Salim"

Rasulullah sebagai kepala negara pada saat itu tidak hanya  mengecam tindakan tersebut, beliau tidak hanya berjanji akan menolong bani Khuza’ah, beliau tidak sekedar mengirim obat-obatan yang dibutuhkan serta segala logistik yang dibutuhkan, yang paling penting Rasul SAW dengan cepat mengirim sepuluh ribu pasukan, dan inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya Fathul Makkah.

Sebelum diutusnya pasukan, sebenarnya Rasulullah pernah didatangi oleh Abu sofyan yang mewakili kaum Qurays untuk meminta ma’af  atas pembantaian yang terjadi. Apa yang dilakukan Rasul, apakah beliau menemuinya ? Tidak, Rasul bahkan tidak berpindah dari tempatnya sedikitpun.
Inilah sikap yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin kaum muslim, sikap jantan, bukan sikap pengecut, tegas dalam menghadapi kedzoliman, tidak bermanis muka apalagi sampai jabat tangan sambil berpelukan. Bukan sikap yang lemah dan lembek dengan dalih Islam Rahmatan lil ‘alamin.

Dan sikap ini pulalah yang seharusnya ada pada kepala negeri-negeri muslim, menjadi perisai, pelindung bagi umat, sebagaimana sabda Rasulullah “ seorang imam itu ibarat perisai, seseorang berperang dibelakangnya ( mendukung) dan berlindung ( dari musuh) dengan kekuasaannya. HR.Muslim  
Tanpa Khilafah kita kehilangan sikap tersebut.

Islam adalah agama yang kamil dan syamil. Untuk mewujudkannya sehingga sampai pada baldatun toyyibatun warabbun ghofur maka Islam harus diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dalam bentuk negara dengan sistem Khilafah .

Pada masa perjuangan Rasulullah, bulan Ramadhan dijadikan sebagai momentum untuk bersatu, bersatu dalam ketaatan, bersatu dalam mendirikan negara Islam.

Setelah negara islam berdiri pertama kali di Madinah, maka seluruh urusan kaum muslim berpusat pada satu titik yaitu di Madinah dengan kepala negaranya dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.

Kehidupan bernegara telah dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabat. Sudah kewajiban kita sebagai umat nabi Muhammad untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Khilafah adalah satu-satunya sistem yang di perintahkan Oleh Allah dan rasul-Nya, maka wajib bagi kaum muslim mempelajarinya, mengembangkannya dan menerapkannya.

Alhamdulillah kita sekarang berada dibulan yang mulia itu, mari kita tingkatkan ketakwaan individu, mari kita berdakwah untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim. Karena dengan Khilafah, Izzul Islama wal muslimin, kemenangan dan ketenangan akan dirasakan, tidak hanya bagi kaum muslim tetapi untuk seluruh alam.Wallahu a’lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post