Biang Sekulerisme di Dunia Perfilman

Oleh : Sri Yana

18 April 2019, Sutradara Garin Nugroho mulai memutar film "Kucumbu Tubuh Indahku" di sejumlah bioskop Indonesia. (tirto.id)

Film ini menceritakan kisah Romansa Juno, si tokoh utama dalam film itu. Ketertarikannya pada mas-mas petinju di film "Kucumbu Tubuh Indahku". (mojok.co,27/4/2019)

Film ini benar-benar menggambarkan kehidupan LGBT yang memang saat ini sedang berkembang di Indonesia maupun di negara-negara lain. Sehingga perlu ada penolakan yang sungguh-sungguh dari semua pihak. Karena hal ini, jika dibiarkan akan bertambah bebasnya film-film selanjutnya yang seperti ini. Berkembangnya LGBT sangat meresahkan masyarakat, apalagi generasi remaja saat ini, yang suka meniru dan mencoba hal-hal baru. 

Sejatinya di dunia seni, terutama Perfilman Indonesia memberikan tontonan yang mendidik bagi generasi saat ini. Karena generasi saat ini semestinya menjadi generasi khoiru ummah, yaitu ummat terbaik sepanjang jalan yang menorehkan tinta emas. Bukan dberikan tontonan yang memang merusak akhlak generasi ini. Dengan dalih film yang penuh dengan seni, dan sebagainya. Padahal seni yang seperti itu adalah seni yang bebas. Tanpa terikat dengan hukum syariat Islam. Yang Allah SWT sudah contohkan berupa azab bagi penyuka sesama jenis. Naudzubillah!

Biang masalah dari kebebasan berseni ini, terutama film "Kucumbu Tubuh Indahku, tidak lain dan tidak bukan karena masih menerapkan sistem sekulerisme. Yang Mana boleh melakukan apasaja bebas, tanpa terikat dengan syara' atau tidak. Meninggikan seni sebagai pokok utamanya. Menghalalkan segala cara demi meraih keinginan yang di capai, terutama keuntungan materi semata yang diagung-agungkan. 

Padahal dalam Islam semua perbuatan yang dilakukan harus terikat oleh yang namanya hukum syariat Islam. Mana yang tidak bertentangan boleh kita terapkan, dan mana yang bertentangan wajib kita tinggalkan. Karena apa-apa yang Allah sudah tetapkan ada tujuannya.

Karena Sistem Islam memandang keberadaan seni bukan sekedar hiburan semata, namun alat atau sarana dakwah dan pendidikan untuk mencerdaskan generasi dengan Islam. Mari kembali kepada Islam agar biang masalah sekulerisme di dunia perfilman maupu dunia-dunia hiburan lainnya tertuntaskan.
Wa'allahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post