Penulis : Ahsani Ashri
(Nutritionist, Pemerhati Generasi)
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (QS Ali Imran [3]: 103)
Berbicara soal kebangkitan memang akan selalu menarik, terlebih di saat kita sedang memperjuangkannya dan belum juga berhasil. Semua menawarkan berbagai upaya untuk memperjuangkan kebangkitan. Berbagai slogan mengalir tak kenal henti. Kaum muslimin tetap terpuruk dalam berbagai persoalan yang menderanya, dari mulai masalah kemiskinan, kerusakan moral, ketertinggalan dalam teknologi, sampai masalah politik. Sudah tentu berbagai upaya telah dilaksanakan, dari mulai membangun ekonomi, karena melihat kaum muslimin kedodoran di bidang ini. Juga melakukan perbaikan aqidah sebagai pondasi, ketika melihat kaum muslimin banyak melakukan perbuatan maksiyat secara terang terangan, namun ternyata derita tak kunjung padam.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mahal, berdasarkan pernyataan dari Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk Pemilu 2019 ini mencapai Rp 25 triliun, sehingga amat disayangkan bila masyarakat tidak memanfaatkan kesempatan tersebut, katanya. (Jakarta, CNN Indonesia)
Tak hanya mahal, demokrasi juga sistem pemerintahan yang menghalalkan segala cara untuk mengabulkan kepentingan pemiliknya. Saat ini korupsi bukan bersifat individual saja melainkan sudah bersifat sistemik dan bisa dilakukan secara 'berjamaah'. Sehingga Tidak ada jaminan orang baik akan selamat dari korupsi.
Seperti yang dikabarkan oleh detik.com, nama politisi Partai Golkar Nusron Wahid disebut oleh tersangka kasus korupsi Bowo Sidik Pangarso. Menurut Bowo, Nusron lah yang meminta dirinya untuk menyiapkan 400 ribu amplop berisi uang untuk menyogok rakyat pada Pemilu 17 April mendatang. Setelah sebelumnya, media dikagetkan dengan operasi tangkap tangan Romahurmuziy alias Romy menambah daftar politisi Indonesia dan ketua umum partai yang dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus korupsi.
Mungkin, ambisi kekuasaan akan berpotensi menghilangkan akal sehat mereka. Mereka akan menjadi sosok yang tidak malu untuk meminta kekuasaan. Lebih dari itu akan mengeraskan hati untuk menerima sebuah kebenaran. Kebenaran akan batas kemampuannya. Ia tidak akan bisa mengukur dirinya, padahal ia tidak memiliki kecakapan sebagai pemimpin.
Makna Kebangkitan
Kita harus tahu dan sadar, bahwa arti kebangkitan bagi kaum muslimin sangatlah berarti. Maka, penyelesaian yang benar dan baik akan sangat menentukan langkah untuk mengupayakan kebangkitan. Bukan jalan ini yang kita inginkan, dalam sistem demokrasi sosok yang sholeh dan patuh agama sekalipun dapat tersandung didalamnya.
Makna kebangkitan Kebangkitan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah (1) bangun (dr tidur, duduk) lalu berdiri, (2) bangun (hidup) kembali, (3) timbul atau terbit (marah) (www.kamusbahasaindonesia.org). Maka kata bangkit itu sendiri mempunyai makna berpindah. Berubah posisi, bangun dari duduk menjadi berdiri. Menurut Syaikh Hafidz Shalih, maksud dari kebangkitan ialah perpindahan umat, bangsa atau individu dari suatu keadaan menuju ke keadaan yang lebih baik (Hafidz Shalih, Falsafah Kebangkitan: Dari Ide Hingga Metode. (terj. An-Nahdhah))
Syaikh Taqiyyudin An-Nabhani didalam kitab Nizhamul Islam pernah berkata, “Bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya”. Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya, manusia bertingkah laku sesuai dengan pemahamannya terhadap sesuatu. Dan pemikiran tidak pernah terlepas untuk membentuk dan memperkuat pemahaman. Saat kita ingin mengubah tingkah laku seseorang, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikirnya terhadap sesuatu.
Kebangkitan Bermula dari Ideologi.
Kalau kita menelisik perihal fenomenal apa yang sebenarnya telah terjadi di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Ahad (7/4). Agak sedikit sulit, tidak ada satupun kalimat yang bisa menggambarkan dengan tepat, karena banyaknya dimensi kegiatan tersebut. Tergantung dari sudut mana kita ingin menggambarkannya. Hal ini serupa dengan aksi ummat Islam pada 212 lalu. Dari fenomena ini, dapat kita lihat bahwa umat islam bersatu adalah sebuah keniscayaan. Sekali lagi memang sebuah peristiwa yang monumental, yang kan tercatat sepanjang sejarah umat islam. Sayangnya, gerakan ini masih menjadi gerakan massa yang tidak bertuan. Tidak ada titik temu, kemana umat akan melangkah.
Berbicara tentang gerakan, pasca runtuhnya kekhilafahan islam di Turki tahun 1924, banyak bermunculan gerakan-gerakan islam yang bertujuan untuk kebangkitan. Gerakan-gerakan ini menyadari akan kemunduran yang dialami umat islam. Bahkan kemunduran ini bisa dilihat oleh seseorang secara sekilas, tanpa perlu bersusah payah menelitinya.
Mulai dari bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya sangat terlihat jelas kemundurannya jika dibandingkan dengan masa keemasan islam yang pernah menguasai dua pertiga dunia. Orang kafir penjajah telah berhasil membuat umat islam kehilangan ibu yang selama ini menaunguinya, yaitu daulah islamiyyah. Mereka menggunakan perang salib gaya baru dengan meracuni pemikiran umat islam dengan pemikirannya yang kotor lagi menyesatkan, sehingga umat islam kabur akan pemikirannya tentang islam.
Sayangnya, kebanyakan dari gerakan-gerakan yang muncul, mempunyai ide dasar yang masih umum. Bahkan ide dasar yang akan menjadi landasan berdirinya sebuah gerakan tidak mempunyai kejelasan dan tidak murni. Lebih dari itu, metode untuk menerapakan ide tadi masih dipenuhi kesimpangsiuran dan ketidakjelasan. Kemudian gerakan-gerakan tersebut masih bertumpu kepada orang yang berbekal semangat belaka. Dan ikatan yang mengikat anggotanya hanyalah berdasarkan struktur organisasi, dan jabatannya dalam organisasi tersebut. Sebuah gerakan yang bertumpu pada semangat belaka, maka gerakan tadi akan hilang bersamaan dengan hilangnya semangat dari anggotanya.
Setiap menyelesaikan persoalan, kita harus mengembalikan pada akar masalahnya. Karena, sudah pasti, bila masalah utamanya sudah ditemukan, maka penyelesaian lanjutnya bisa ditebak dan diusahakan jalan keluarnya. Kita sudah banyak belajar dari pengalaman. Terbukti, kuatnya bidang ekonomi tak mampu mengangkat penderitaan umat dan membuatnya bangkit. Ini telah dibuktikan dengan negeri-negeri Islam yang kuat di bidang ekonominya seperti Arab Saudi dan Kuwait, ternyata umat Islam tetap terpuruk.
Islam sebagai agama yang paripurna, mampu menuntaskan dan menjawab problematika pokok ini dan dipecahkan sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, serta memberikan ketenangan jiwa. Dan islam menjawab ketiga pertanyaan mendasar tadi dengan menggunakan pemikiran yang cemerlang, yaitu dibalik alam semesta, manusia, dan kehidupan terdapat sang pencipta yang telah menciptakan ketiganya serta menciptakan segala sesuatu. Karena islam bukan hanya sebuah agama semata, tetapi lebih dari itu. Islam adalah sebuah aqidah aqliyah yang melahirkan sebuah peraturan. Peraturan yang sempurna, yaitu langsung berasal dari pencipta alam semesta.
Untuk membangkitkan umat dari kerendahan taraf berfikir ini, jelas diperlukan kerja ekstra keras dan perhatian yang lebih. Karena itu, membangkitkan umat jelas adalah tanggung jawab bersama. Mau tidak mau, kita harus bersatu dalam satu pemikiran dan perasaan untuk membangkitkan umat ini, tidak bisa sendiri-sendiri. Wallahi’alam bishshowab
Post a Comment