Revolusi Mental, Gagal Total



Oleh: Sri Herawati 
Narasumber Kajian Muslimah Bincang Hangat Muslimah Bekasi

Kriminalitas tak pernah sepi menghiasi negeri ini. Setiap saat selalu terjadi tindak kriminalitas, premanisme dan kekerasan. Data yang dirilis Indonesia Police Watch (IPW), kejahatan jalanan (street crime) masih mendominasi selama tahun 2018, seperti pembunuhan dan pengeroyokan. Tren itu diprediksi akan terus meningkat di tahun 2019. (Republika.co.id, 14 April 2019)

Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis mengatakan, ada satu kejahatan terjadi di wilayah yurisdiksi Polda Metro Jaya setiap 16 menit 27 detik (kompas.com, 28 Desember 2018). Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Heru Winarko mengklaim bahwa tahun 2018 para pengguna narkoba mayoritas adalah generasi muda atau para pelajar. Tahun 2017 sebanyak 1,77 persen, sementara tahun 2018 meningkat menjadi 2,1 persen. (Tribunnews.com, 20 Desember 2018)

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat adanya peningkatan sebanyak 14 persen pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia pada tahun 2018. (Tempo.co, 7 Maret 2019)

*Apa Kabar Revolusi Mental?*

Teringat jargon yang diusung presiden terpilih kala itu di tahun 2014 yaitu Revolusi Mental. Menurut beliau, Joko Widodo, revolusi mental berarti warga lndonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa yang santun, berbudi pekerti, ramah dan bergotong royong.

Perubahan karakter bangsa tersebut, kata Jokowi, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidakdisiplinan. Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa. "Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi kala itu.

Sejatinya kita tak pernah tahu bagaimana implementasi dari revolusi mental tersebut. Yang jelas fakta kriminalitas masih tetap tinggi. Korupsi, kolusi dan nepotisme tetap terjadi. Birokrasi tetap saja bobrok. Tak terlihat adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Revolusi mental gagal total tak membuahkan hasil apa pun.

Himpitan kehidupan yang makin mencekik di sistem kapitalisme seperti saat ini membuat mental manusia tak pernah stabil. Mudah marah dan tersulut emosi. Mudah gelap mata dan nekat bertindak keji. Gaya hidup materialisme juga membuat manusia terlalu memuja materi. Mudah tergiur berbuat jahat yang penting hajat terpenuhi.

Revolusi mental, bagai jargon semata. Hanya politik pencitraan belaka. Tak ada definisi yang mendasar yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan. Tak ada panduan, apa yang harus dilakukan? Bagaimana caranya merevolusi mental dengan benar? Sehingga manusia menjadi lebih baik karenanya. 

Revolusi mental ala Jokowi ini, menyasar tiga bidang utama. Pendidikan, tata kelola pemerintahan dan budaya. Namun masalahnya program ini berjalan tanpa indikator yang jelas. Tak bisa diukur tingkat keberhasilannya. Bahkan cenderung sia-sia. 

*Membangun Kepribadian Unggul dalam Islam*

Merubah karakter manusia sejatinya adalah merubah kepribadiannya. Dalam Islam kepribadian seseorang dipengaruhi oleh ideologi yang diembannya. Dalam ideologi Islam kepribadian dipengaruhi oleh dua hal mendasar yaitu pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Setiap manusia yang menstandarisasi tingkah laku dan perbuatannya berdasarkan syariat Islam maka dia akan berkepribadian Islam.

Inilah yang menjadi modal dasar karakter seseorang. Bila kepribadian Islam telah melekat, maka sejatinya ia telah menjadi manusia yang berkualitas. Tak ada lagi dalam dirinya keburukan sikap dan tingkah laku.

Perlu digarisbawahi bahwa kepribadian Islam akan terbentuk dengan sempurna bila sistem pendidikan yang diterapkan oleh negara adalah sistem pendidikan berbasis ideologi Islam. Demikian juga aktivitas amar makruf nahi mungkar berjalan di tengah-tengah masyarakat. Negara juga menerapkan sistem sanksi yang tegas terhadap pelaku kejahatan. 

Revolusi mental yang hakiki hanya bisa terjadi bila kita menerapkan sistem yang hakiki. Sistem yang bersandarkan pada aturan Illahi. Dengannya tak hanya mental yang terbenahi. Namun seluruh alam pun mereguk berkah dari Sang Pencipta, Penguasa bumi dan langit.

Wallahu a'lam bishshowwab

Post a Comment

Previous Post Next Post