Penulis : Uqie naima
(Penulis Bela Islam, “Islam Solusi Tuntas”)
Belumlah hilang kepedihan dan rasa prihatin yang mendalam terhadap saudara-saudaraku di New Zealand, Selandia Baru, kini kembali hati ini teriris pedih, sakit dan kecewa campur amarah. Mata ini harus kembali melihat dan menyaksikan pemberitaan memilukan.
Sebanyak 134 umat muslim di Ogossogou, Desa Fulani, Mali, Afrika Barat dibantai secara keji oleh gerombolan pria yang menyamar sebagai pemburu hewan. Para muslim yang sebagian besar adalah petani dan penggembala ternak disiksa dan dibakar hidup-hidup oleh gerombolan tersebut. Sadisnya gerombolan itu tak berhenti sampai disitu, wanita hamil dan anak-anak pun tak luput dari aksi pembantaian massal yang dilakukan secara keji.
Bagaimana reaksi dunia ?
Sebagaimana dugaan sebelumnya, dengan kasus-kasus serupa, dengan korban yang sama (Muslim) dunia hanya diam. Reaksi sekelas PBB-pun tak bisa diharapkan mampu memberikan solusi apalagi membela hak-hak kaum Muslim. Mereka hanya mampu mengecam tanpa bisa memberi hukuman. Jangankan menindak pembantai Mali, NewZealand, bertahun-tahun lamanya kejahatan internasional di Palestina, Suriah dan lainnya tak sedikitpun mereka bereaksi untuk menghukum para penjahat kemanusiaan tersebut. Setali tiga uang dengan para pemimpin Muslim di belahan dunia ini. Merekapun tak bergeming. Tak punya nyali apalagi unjuk gigi. Tokoh-tokoh dan lembaga Internasionalnya tak lebih dari tameng kemunafikan.
Semakin derasnya kasus kekerasan, pembunuhan dan pembantaian terhadap nyawa manusia, mengindikasikan bahwa begitu murahnya nyawa manusia. Tak ada pelindung dan penjaga. Benarkah semiris itu ?
Pikiran menerawang pada kisah sosok manusia mulia, sosok panutan umat sekaligus kekasih Allah SWT, dialah Rasulullah Saw. Beliau-lah pertama kali memperkenalkan aturan-aturan tegas nan luhur. Membawa kedamaian dan keagungan Islam hingga menjadi peradaban tertinggi di muka bumi. Siapapun yang berlindung dalam naungan Islam, senantiasa terjaga darah, harta dan keluarganya. Tindakan pengrusakan, kezaliman dan keburukan lainnya akan segera ditangani sesuai arahan syara’. Kegemilangan itu terus berlanjut sampai masa Khulafa ar Rasyidin, Bani Umayyah, Abbasiyyah dan terakhir Bani Utsmaniyyah sebelum akhirnya runtuh di tangan Kemal Attaturk laknatullah, seorang etnis Yahudi, Dumamah, sekaligus sebagai agen biadab Inggris pada saat itu (3 Maret 1924 M).
Melalui tangan kejinya, perlahan namun pasti kaum Muslim terusir dari negerinya, tercabik kehormatannya dan terasing dari ajarannya. Disinilah petaka itu berawal. Mulai terkerat-keratnya wilayah kaum Muslim menjadi lebih dari 50 negara dengan kebanggaan ashabiyahnya. Jumlahnya banyak akan tetapi laksana buih dilautan. Tak berguna, lemah tak berdaya. Kaum Muslim ibarat hidangan di atas meja makan yang diperebutkan sebelum akhirnya di kunyah tuk dihancurkan. Begitulah sifat dan karakter musuh Islam dan ajarannya. Berabad lamanya Allah SWT telah mengingatkan Rasulullah dalam FirmanNya :
“Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani selamanya tidak akan pernah ridha kepadamu (Muhammad) hingga engkau masuk kedalam millah mereka..” (TQS. Al-Baqarah [2]: 120).
Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa sampai kapanpun orang-orang yang membenci Islam dan pemeluknya akan senantiasa berjuang untuk menghancurkan dan menghabisi. Dan para pembenci itu adalah kaum kafir Barat (Yahudi dan Nasrani) bersama antek-anteknya.
Membunuh seorang muslim yang terlindungi darahnya, termasuk dosa besar yang sangat Allah murkai, apalagi pembunuhan biadab dilakukan secara massal. Karena itu, Allah memberikan ancaman sangat keras bagi orang yang membunuh dengan sengaja, diantara firman-Nya:
“Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam. Ia kekal di dalamnya, Allah murka kepadanya, mengutukinya, serta menyediakan azab yang besar baginya” (QS. an-Nisa`: 93).
Kemudian, dalam hadis dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan pembunuhan terhadap seorang muslim.” (HR. An-Nasai 3987, Turmudzi 1395 dan dishahih al-Albani).
Keagungan Islam dengan syariatnya tak hanya menjaga darah kaum Muslim saja tapi juga non-Muslim saat mereka menjadi warga negara Islam atau karena sebab terikat perjanjian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam pembunuh orang kafir yang terlindungi darahnya, akan dijauhkan dari surga,
“Barangsiapa yang membunuh orang kafir yang memiliki perjanjian perlindungan (mu’ahad), maka dia tidak akan mencium wangi surga. Sungguh, wangi surga itu tercium sejauh jarak empat puluh tahun.” (HR. Bukhari 3166).
Saat dimana kaum Muslim menjadi minoritas di negeri Kufur, maka serta merta menjadi bulan-bulanan kebiadaban mereka. Bagaimana nasib Muslim Uighur sekarang? Muslim Rohingya, India, Kashmir dan masih banyak lagi. Bukan cuma itu, yang paling menyesakkan ternyata ada sebagian Muslim menjadi bagian kejahatan tersebut. Demi sebuah jabatan, popularitas dan strata sosial mereka rela membeli kesesatan dengan petunjuk. Sosok ulama dengan mayoritas jamaahnya bisa terjerumus dalam persengkokolan politik melawan saudara muslimnya dengan tudingan “Islam Radikal”, “tidak Pancasilais” atau “teroris” hanya karena saudaranya itu menyampaikan Islam secara menyeluruh termasuk didalamnya ajaran Khilafah. Lebih jauh lagi mengatakan bahwa Islam bukan cuma di Arab (Mekkah), tapi ada Islam moderat, Islam Nusantara, Islam Mesir, dll.
Itulah fakta-fakta menyedihkan ketika tidak ada seseorang yang menjadi “Junnah” (perisai umat). Seseorang yang sepenuh hati mengemban syariat Islam dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Berusaha melayani rakyat dengan tuntunan syara’, menjaga, membela sekaligus memberikan keamanan dan kenyamanan dalam segala urusan rakyat. Dialah Khalifah, perisai umat dalam bingkai Khilafah Islamiyyah.
Wallahu a’lam bi ash Shawab.
Post a Comment