Penulis : Dewi Sartika
Tepatnya pada tanggal 8 Maret 2019. Diperingati hari perempuan sedunia (International Womens Day). Acara ini mengangkat tema ‘Balance For Better’
International Womens Day, mengungkap alasan kenapa ‘ Balance For Better’ menjadi tema pada 2019 ini. Semua ditujukan untuk kesetaraan gender, kesadaran adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan. Disamping itu, dikarenakan belum terjadinya keseimbangan atau kesetaraan, dalam berbagai aspek kehidupan. Terutama dalam hal penghasilan.
Ironis, meskipun hari perempuan selalu diperingati setiap tahunnya. Namun, kondisi perempuan tidak mengalami perubahan. Justru pelecehan, pemerkosaan bahkan pembunuhan sering menimpa seorang perempuan. Kesetaraan gender yang diusung oleh kaum liberal, tidak dapat menjamin atau memuliakan perempuan. Justru kesetaraan itu bertentangan dengan kodrat seorang perempuan. Yang mana, perempuan seharusnya berada di rumah sebagai Ummu warobatul bait. Namun, mereka harus keluar rumah untuk bekerja. Perempuan harus berpakaian minim demi memenuhi tuntutan karirnya. Bahkan, mereka harus meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu, mengurus rumah dan mendidik anak.
Persamaan derajat seorang perempuan dengan laki-laki yang digaungkan oleh kaum feminis, tak ayal membuat perempuan menjadi terhormat atau mulia, karena dalam pandangan kapitalis standarnya adalah materi. Seorang perempuan dianggap mulia tatkala mereka mampu memenuhi kebutuhan dirinya, tanpa bergantung pada orang lain. Sebaliknya, perempuan dianggap rendah tatkala tidak mempunyai pekerjaan/ penghasilan sendiri.
Namun disisi lain, perempuan seolah-olah tidak sadar dirinya menjadi lahan empuk untuk dieksploitasi, sebagai komoditas ekonomi yang dapat dieksploitasi fisiknya sebagai cash-cows ( sapi perah).
Islam Memuliakan Perempuan
Islam telah mengajarkan konsep kesamaan pria dan wanita lengkap dengan peran dan posisinya. Jika, masa sebelum Islam wanita dipandang sebelah mata, di era Islam justru derajat dan martabatnya diangkat dan dijunjung mulia, sesuai dengan kodratnya. Islam telah menentukan konsep kesamaan pria dan wanita.
Pertama: Kesamaan dalam hal Taqwa. Dalam hal Taqwa, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita keduanya harus bertaqwa kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala. Sebab Allah memuliakan siapa saja yang bertakwa kepadanya.
“Hai manusia. Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha mengenal” (al-Hujurat: 13)
Kedua: Kesamaan dalam amal perbuatan. Iman dan amal merupakan kesatuan tak Terpisahkan. Iman yang tertanam dalam hati harus dibuktikan dalam bentuk Amal. Ketika pria dan wanita telah mengaku sebagai Muslim maka harus membuktikan dengan amal perbuatan. “Barangsiapa mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Ketiga: Kesamaan dalam hal ibadah, akhlak , sosial. Meskipun berbeda secara teknis, pria dan wanita mempunyai kewajiban dalam beribadah kepada Allah. Mereka wajib mengerjakan salat, puasa , zakat dan haji mereka harus menghiasi diri dengan budi pekerti yang luhur. Mereka juga berkiprah di ranah sosial.
Keempat: Kesamaan dalam dakwah dan ketaatan. Dakwah yang mengajak dalam kebaikan dan ketaatan , merupakan tanggung jawab seluruh kalangan umat Islam, pria dan wanita harus mengambil bagian dalam berdakwah sesuai porsinya. “orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang Ma’ruf, mencegah yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasulNya. Mereka itu akan diberi Rahmat oleh Allah , sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi maha bijaksana” (at-Taubah:71)
Kelima: Kesamaan dalam mencari ilmu. “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi muslim (laki-laki maupun perempuan). (HR.Ibnu Majah).
Kesamaan pria dan wanita telah diatur oleh Islam, lengkap dengan teknis dan operasionalnya. Kesamaan ini dibatasi sesuai dengan kodrat pria dan wanita. Konsep kesetaraan gender antara pria dan wanita dalam pemahaman di luar Islam, sangat bertentangan dan konsep kesetaraan dalam Islam. Kesetaraan dalam Islam bukan untuk mengekang, atau membatasi. Akan tetapi Islam hadir untuk memuliakan wanita dalam bingkai kehidupan. Dengan demikian terbukti hanya syariat Islam yang mampu melindungi dan menjaga kemuliaan seorang perempuan. Syariat yang diterapkan oleh negara dalam bingkai Khilafah.
Wallahu A’lam Bishawab
Post a Comment