Penulis : Maryatiningsih
(Ibu Rumah Tangga)
Sebuah negara yang maju adalah ketika negara tidak banyak mengalami berbagai persoalan yang menimpa rakyatnya. fakta dan realita nampak jelas terlihat, begitu banyaknya masalah yang menimpa negri tercinta ini. Dari tahun ketahun, dari presiden yang pertama hingga presiden yang kesekian kalinya, kerusakan demi kerusakan di berbagai aspek terjadi di negeri ini.
Janji-janji manis sering di berikan oleh para calon pemimpin untuk meyakinkan rakyat supaya mau memilih dan menerimanya sebagai pemimpin(presiden) . Sayangnya setiap pemimpin yang terpilih sering menyalah gunakan kepercayaan rakyatnya malah cenderung mendzoliminya. Amanah mulia sebagai penguasa tidak di jalankan dengan benar. Dampaknya berbagai persoalan besar menimpa negri ini.
Rakyat hanya mengharapkan kesejahteraan yang nyata bukan semu belaka . Bukan hanya perkataan yang besar, dan juga kebohongan, tetapi pemimpin yang amanah dan yang takut kepada Allah Swt,maka insyaallah rasa optimis kita akan tumbuh bahwa negeri ini bisa bangkit kembali,namun sebaliknya jika amanah tersebut di salah gunakan maka percuma saja PD (Percaya Diri) mengatakan negeri ini bisa maju.
Dilansir dari KOMPAS.com Calon wakil presiden nomor urut 01,dalam acara Konvensi Optimis Indonesia Maju, dalam pidatonya menjelaskan kenapa dia dengan pasangannya harus memenangkan di Pilpres 2019. "Untuk Indonesia maju kita harus menang. Kita pantas menang karena kita punya modal yang besar".
Modal yang di maksud bukan uang melainkan hasil kerja pemerintah,karena sudah meletakkan dasar pembangunan yang kuat. Pasangan nomor urut 01,akan membesarkan dan menampakkan hasil - hasil yang telah dicapai pemerintah. "oleh karena itu kita optimis menang, optimis maju, optimis Indonesia akan lebih baik dimasa yang akan datang" tambahnya. (Sentuh, Minggu 24/2/2019)
Percaya diri mereka memang tinggi tetapi apakah akan tercapai bahwa Indonesia akan maju?
Allah berfirman dalam Qur'an surat Annisa ayat 59 yang berbunyi "Wahai orang - orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu,jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah(Al Quran) dan Rasul(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ".
Maka jelas bahwa amanah untuk mengurusi kemaslahatan rakyat tidak boleh di dasarkan pada aturan-aturan kapitalis sekuler sebagai mana yang terjadi saat ini, yang dasarnya adalah hawa nafsu. Allah jelas mencela segala tindak yang bersumber dari hawa nafsu manusia.
Sekuler dan demokrasi adalah sistem warisan penjajah, yang tidak akan pernah membiarkan sistem islam bangkit kembali. Karena demokrasi sejatinya berpangkal pada sekulerisme, yang menjadi biang munculnya berbagai masalah,dan sekulerisme sejak awal menolak campur tangan Tuhan. Maka mereka akan melakukan segala cara untuk menghambat islam bangkit di negri ini, berbagai macam cara akan mereka lakukan.
Walhasil kemajuan itu tidak akan pernah nyata, jika negeri ini tetap menerapkan sekulerisme dengan demokrasi sebagai salah satu pilarnya. Tetapi sebaliknya negeri akan maju jika syariat islam di terapkan sebagai sistem terbaik. Wallohualam bishowab.