Penulis : Uqie Naima
(Penulis Bela Islam, "Islam Solusi Tuntas")
Ada Rasa terhenyak siang ini. Saat ku buka laptop dan mengecek wifi, tak di duga ada nama "Terkutuklah bapak A dan RT B". Astaghfirullah, siapakah gerangan yang begitu kasar dan kurang ajarnya membuat alamat wifi dengan kata sumpah serapah.
Seingat dan sepengetahuanku warga disekitarku tinggal tak ada yang berperilaku aneh atau kasar. Usut punya usut ternyata ada warga sebelah gang rumah yang kesal dan menuduh bapak A dan B telah membuang kucing kesayangannya, padahal tidak ada bukti dan saksi kedua bapak itu pelaku hilangnya kucing.
Mirisnya, si anak yang mengungkapkan makian dalam wifinya itu terbilang dari keluarga pendidik, bahkan si anak sendiri mahir dalam teknologi komputer. Lalu apa masalahnya ?
Adanya perilaku kasar atau kurang ajar pada diri seorang anak, tentu banyak faktor yang dapat mempengaruhi atau memicunya. Bisa dari pola asuh dalam keluarga, pergaulan lingkungan atau jauhnya tuntunan agama. Pola asuh keluarga memang memiliki memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter anak, terutama ibu. Seorang ibu adalah madrosatul uulaa (sekolah pertama) bagi putra-putrinya. Sekolah pertama inilah yang dapat menjadi benteng saat anak terjun dalam masyarakat atau pergaulannya. Namun, tidak menutup kemungkinan besarnya pengaruh luar rumahnya bisa juga menyebabkan perubahan sikap dan pemikiran si anak jika kontrol orang tua longgar atau abai karena kesibukan di kantor. Jadilah si anak mencari jati diri sendiri tanpa pengawasan.
Kemajuan teknologi saat ini bisa juga berkontribusi rendahnya akhlak seseorang. Akses internet dengan berbagai situs dapat di klik begitu mudah. Penggunaan secara bijaksana akan mendukung kepada kecedasan dan pengetahuan penggunanya. Sebaliknya penggunaan secara serampangan dengan situs negatif yang selalu di aksesnya berakibat juga kepada perilakunya, dan akan menjadi daftar panjang bobroknya akhlak generasi muda jika pemerintah menggol-kan peraturan tentang dihapusnya pelajaran agama di sekolah. Sudahlah full day di sekolah, bebas dalam pergaulan, tanpa bimbingan agama pula. Maka, kehancuran generasi mendatang tinggal menghitung hari. Naudzubillaah.
Solusinya? Tidak ada kata terlambat untuk membenahi diri. Bukan hanya anak, orang tua, guru, masyarakat atau negara. Bagaimanapun kecanggihan teknologi, pengetahuan dan intelektual seseorang, AGAMA tetap prioritas. Islam dengan syariatnya telah komplit memberikan tuntunan dalam kehidupan manusia agar meraih kebahagiaan dunia dan akherat.
Wallahu a'lam.
Post a Comment