Desri Ayunda
Menurut baginda Nabi Muhammad Saw. Ibadah bulan suci Ramadhan itu lebih berat dari segala peperangan yang pernah ia lakoni. Sebagai seorang panglima perang, ia menyatakan tak ada yang lebih berat dari perang melawan hawa nafsu, perang bathin, perang terhadap diri sendiri. Karenanya, makna kemenangannya jauh lebih berharga dari pada menang dalam perang.
Karena itu hari raya idul fitri yang sebentar lagi tiba, adalah perayaan kemenangan yang hanya didapatkan oleh orang-orang yang ikut berperang dengan hawa nafsu di dalam dirinya. Agak sulit memang menceritakan suasana kemenangan seperti itu, kecuali pernah mengalami dan merasakannya sendiri. Seperti kita menceritakan rasa garam kepada orang yang tak pernah merasakan asinnya garam.
Setiap tahun, bulan suci Ramadhan datang dan pergi. Ada rasa sedih, bagi orang-orang yang menikmati hari-hari penuh ibadah ini. Terasa begitu cepat waktu melibas suasana penuh hikmah di bulan suci ini sehingga cepat berlalu. Tetapi waktu tak bisa dicegat, hanya kepada Allah Swt, berdoa penuh harap agar dipertemuka pada Ramadhan berikutnya.
Lalu tiba masanya 1 Syawal, kebahagiaan diberikan kepada yang berhak menerimanya. Semua orang pada hari itu kelihatan ceria pertanda telah melewati hari-hari perang yang berat. Mereka yang berhak adalah yang telah melaksanakan ibadah shalat wajib, ibadah puasa, ibadah sunat yang mendukung; shalat malam, dzikir, itikaf dan beramal baik dengan sesama. Seterusnya, membayar zakat. Lengkap!
Pengalaman kebahagiaan berbeda-beda pula bagi setiap pribadi. Misalnya, bila tahun-tahun sebelumnya, lebaran petama punya anak pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Lalu pada tahun-tahun berikutnya, lebaran bersama anak cucu dan menantu. Begitulah, tidak sama waktu lebaran yang satu dengan waktu lebaran yang lain. Setiap orang memiliki starting point yang berbeda-beda. Ada pula, misalnya, lebaran tahun ini dengan suasana rumah baru, kenderaan baru, apalagi pengantin baru. Kebahagiaan lebaran akhirnya, memang punya nilai tersendiri, juga sangat pribadi.
Di atas semua kebahagiaan itu, hakikatnya adalah kembali kepada suasana suci setelah pengolahan jiwa di bulan puasa. Seumpama kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong, dari ulat yang dianggap menjijikkan, kini ia menjadi hewan dengan sayap paling indah, terbang di antara bunga-bunga yang indah. Begitulah proses alamiah sebuah kebahagiaan yang kita raih di hari nan fitri.
Selamat hari