N3 Payakumbuh - Membebani anak
usia dini (AUD) yang bersekolah di pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan
target mampu membaca, menulis dan berhitung (Calistung) merupakan suatu hal
yang aneh dari sudut pandang psikologi anak. Dalih kepandaian Calistung sebagai
syarat memasuki sekolah dasar berpotensi menjadikan AUD tersebut gagal saat
menjalani beban pendidikan pada fase yang lebih tinggi.
Demikian pandangan psikolog muda
Kota Payakumbuh Zakwan Adri, M.Psi saat menjadi pembicara tunggal dalam seminar
setengah hari yang dilaksanakan Tim Penggerak PKK kelurahan Payobasung di Aula
kelurahan setempat baru-baru ini.
"Anak-anak yang dibebani
mengikuti berbagai macam les khususnya Calistung pada usia dini agar terlihat
hebat saat duduk dibangku kelas 1 SD, dalam banyak kasus akan mengalami
kemunduran semangat belajar pada saat kelas 3 hingga seterusnya," ujar
Zakwan.
Ditambahkan, pada saat kelas 3
keatas, anak tersebut jika dapat nilai jelek biasanya mereka cuek saja, mereka
lebih banyak bermain-main, tidak fokus dalam belajar. Hal itu sebagai
kompensasi masa bermain mereka di fase PAUD terampas dan mereka menggantinya
pada masa tersebut.
Dijelaskan, pada fase AUD, dunia
mereka adalah permainan, pengetahuan diperoleh melalui permainan, bukan melalui
kursus dan les yang bermacam ragam.
"Belajar mewarnai menyiapkan
anak siap menulis, permainan memindahkan air pakai pompa merupakan terapi
motorik halus, main karet/kajai bikin tali-temali, pesawat dan bentuk benda
lainnya menguatkan otot jari sehingga tulisan anak menjadi bagus, menyanyi
memperkaya kosa kata anak, dan banyak permainan lain yang semuanya bermakna
pelajaran buat persiapan mereka ke jenjang pendidikan lebih tinggi," jelas
Zakwan.
Zakwan juga meminta peserta untuk
tidak menerapkan teori motivasi balas dendam (Revans Motivation Theory) kepada
anak anak mereka. Teori tersebut menjelaskan bahwa orang tua memaksakan kepada
anak mendapatkan sesuatu yang dahulu tidak bisa diraihnya.
"Misalnya dahulu orang tua
tidak berhasil jadi dokter, anak lalu dipaksa belajar supaya bisa jadi dokter,
sejak TK sudah dijejali pelajaran berat yang menurut orang tua akan membantu
anaknya bisa menjadi dokter. Itu salah besar," ujar Zakwan.
Dijelaskan, porsi terbaik pada
fase pendidikan anak usia dini tetaplah bermain, kita tidak boleh terburu buru
memaksakan pelajaran kepada anak. Jika dipaksakan, dalam banyak kasus bukan
keberhasilan yang akan diperoleh, justru anak menjadi stres dan gagal dalam
pendidikan mereka," jelas Zakwan.
Terpisah, Ketua Tim Penggerak PKK
Kota Payakumbuh Ny. Henny Riza Falepi yang juga merupakan Bunda PAUD Kota
Payakumbuh menyatakan setuju agar AUD belum dibebani dengan materi pembelajaran
yang berat seperti harus bisa menguasai Calistung saat mengikuti PAUD.
"Yang lebih penting
diajarkan saat PAUD adalah kecintaan atau ketertarikan pada buku sebagai sumber
ilmu, dengan begitu insyaAllah anak-anak akan lebih bagus dan awet minat dan
budaya bacanya," kata Henny Riza Falepi via selulernya, Minggu (18/3).
Dikatakan, menurutnya kepandaian
Calistung AUD lebih baik didapat secara alamiah melalui aktivitas yang mereka
jalani sehari-hari. "Seperti ilmu berhitung, yang penting diajarkan itu
konsep berhitung sederhana, dan nyatanya anak-anak biasanya sudah belajar
berhitung melalui jajan di warung," jelas Henny.
Ditambahkan, sebagai Bunda PAUD
Kota Payakumbuh dirinya acap kali berbicara di depan guru PAUD dan menyampaikan
pesan agar anak didik PAUD jangan dibebani dengan Calistung yang berlebihan.
"Jangan paksakan Calistung
di PAUD, pesan ini selalu saya sampaikan saat bertamu ke PAUD, namun sayang
sebagian mereka belum menyambut baik pesan tersebut. Sebagian besar masih
menganggap indikator kecerdasan anak adalah menguasai Calistung saat PAUD, itu
keliru. Kondisinya diperparah karena sebagian SD favorit mensyaratkan Calistung
sebagai ujian masuk ditempat mereka," bebernya.
Dikatakan Henny, pihaknya akan
melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh agar kurikulum
sekolah PAUD di Kota Payakumbuh bisa disesuai dengan temuan dalam ilmu
psikologi diatas.
"Semoga kita bisa merubah
mainset para orangtua untuk tidak membebani AUD mereka dengan beban belajar
yang berat-berat, demi kebaikan generasi penerus kita juga," pungkas Henny.
(Rahmat Sitepu)