N3
Payakumbuh -
Banyak yang mempunyai ilmu, tapi tak mau membagikannya kepada orang lain.
Mungkin banyak pula yang ingin berbagi, tapi tak mengetahui bagaimana cara
membagikannya. Ayu Maidia Sari sangat beruntung, memiliki banyak ilmu, mau
berbagi, dan mengetahui cara membagikannya. Bagaimanaa tidak, Sarjana
Peternakan Unand itu dikatakan beruntung, pasalnya, menurut sunah Rasulullah
sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Berdasarkan pantauan media online
pasbana.com di kediaman Ayu, Kamis (22/2), semenjak lulus kuliah S1, ada banyak
orang yang merasa terbantu oleh Ayu Maidia Sari. Terutama dalam hal beternak
itik. Wanita kelahiran Payakumbuh, 28 tahun lalu itu tak pernah lelah
menjelaskan cara sukses dalam memelihara itik atau menetaskan telur itik.
Dikatakan Ayu, semua itu berawal
dari latar belakangnya sebagai anak seorang peternak itik yang bernama Usman
Billy. Dari niat meneruskan wirausaha sang Ayah, Ayu tertarik melanjutkan studi
di fakultas peternakan Unand.
“Bahkan ketika menimba ilmu
diperguruan tinggi ternama di kota Padang itu, saya bersama tiga teman telah
mulai mempraktekkan beternak itik," terangnya.
Menurut Ayu, memilih usaha penetasan
telur itik menggunakan mesin tetas ciptaan ayahnya. Mesin tetas itu berupa
kotak dari kayu yang disekat-sekat. Satu kotak mesin tetas bisa menampung 390
telur, yang dipanaskan dengan lampu dan menetas dalam jangka waktu 28 hari.
Usaha yang dibuatnya di rumah
kontrakannya di Kubu Durian By Pass Padang itu terbilang berhasil. Bahkan usaha
yang digelutinya dua tahun terakhir masa kuliah itu dapat membantunya membayar
biaya kuliah.
Usai meraih gelar Sarjana tahun
2008, Ayu pulang ke kampung halamannya di kelurahan Koto Baru Payobasuang kota
Payakumbuh. Bersama sang suami yang menikahinya setahun sebelum itu, Ayu
mengembangkan usaha ternak itik ayahnya. Ayu mempelopori beternak itik dengan
cara dikandangkan dan mempopulerkan mesin tetas ciptaan ayahnya pada banyak
orang.
Sebelumnya, penetasan telur itik
diwilayahnya masih dengan cara tradisional yaitu telur dierami ayam dan bebek.
Ayu datang memasyarakatkan mesin tetas ayahnya. Hanya saja Ayu mengganti mesin
tetas dari triplek, bukan dari kayu. Asumsinya, harga triplek jauh lebih murah
ketimbang kayu. Ayu dan suaminya Gustian Jamal juga terlibat dalam pengembangan
usaha kelompok tani dikelurahannya Keltan Saiyo Sakato.
Perlahan, kepeloporan Ayu dalam hal
beternak itik kering dan membuat mesin tetas sampai ketelinga banyak orang.
Apalagi di tahun 2010, Ayu mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan
Swadaya (P4S) Bina Karya dikediamannya. P4S Bina Karya menjadi wadah
orang-orang yang ingin beternak itik untuk berkonsultasi dan belajar. Ayu
dengan senang hati membantu orang-orang yang ingin memperoleh ilmunya.
Inilah yang paling menarik dari
cerita ternak itik yang dilakoni Ayu. Bukan sekedar beternak itik dan
menghasilkan uang, tapi ibu satu anak itu menjadi tempat bertanya, tempat
berbagi dan berdiskusi. Sedikitnya ada 50 orang yang telah menerima arahan Ayu
tentang usaha ternak itik. Orang – orang itu tak hanya datang dari Payakumbuh.
Mereka datang dari berbagai daerah di Sumbar, bahkan ada yang dari Pekan Baru
Riau.
Tak hanya sebagai penunjuk jalan
bagi peternak dan orang yang ingin beternak itik, Ayu juga sering mengajak dan
menyokong teman-teman sarjananya untuk membuat usaha, bukan sekedar menunggu
panggilan sebagai pekerja kantoran.
Kepeloporan Ayu dalam pendirian P4S
inilah yang sangat diapresiasi tim penilai Pemuda Pelopor Indonesia (PPI)
Sumbar, dan memilihnya sebagai PPI Sumbar 2012. Tim PPI pusat pun demikian, Ayu
diberi kesempatan bersaing dengan 4 PPI propinsi lainnya memperebutkan gelar
PPI 2012 tingkat nasional. PPI terpilih akan menghadiri peringatan hari Sumpah
Pemuda di Palu, Sulawesi Utara pada 28 Oktober mendatang.
Saat ini, selain disibukkan dengan
usaha ternak itik dan P4S, Ayu tercatat sebagai Sarjana Pemberdayaan Masyarakat
Nagari (SPMN) yang dikelola BPMPKB Payakumbuh. (Rahmat
Sitepu)