N3 Payakumbuh – Dalam rangka mengawali
tahun 2018, anak-anak muda Payakumbuh terus mencoba membuka ruang kreatifitas
disela kesibukan kota. Salah satunya dengan menggelar lokakarya yang diberi
judul "Anak Muda, Membaca Kota, Mencipta Peristiwa," Senin (15/1)
malam di Kantor Sudut Payakumbuh, Jalan Imam Bonjol Bonai.
Hadir empat fasilitator dari
berbagai latar belakang. Keempat fasilitator ini adalah Dede Pramayoza dari
Teraseni Institute, Andi Mardelim dari Sanggar Bengkel Seni Minanga Center,
Roni Keron dari Payakumbuh Youth Arte Committee (PYAC), dan Ade Suhendra dari
Media Sosial Sudut Payakumbuh.
Dikatakan Andi Mardelim Amel,
pergerakan anak muda Payakumbuh sudah ada sejak dulunya lewat komunitas yang
menghimpun anak-anak muda di Kota Payakumbuh. Menurutnya dulunya ada Paliko,
Payakumbuh Kota Biru, Forkem, dan wadah lain yang aktif menghimpun anak-anak
muda yang terus berkreatifitas.
"Sayangnya, wadah yang
dinaungi anak muda ini dulunya tersebut sudah tidak eksis lagi dan boleh
dikatakan tinggal sejarah. Nah, pertanyaannya sekarang bagaimana dengan anak
muda saat sekarang ini," kata Andi yang juga seorang koreografer muda
Payakumbuh ini.
Kemudian Roni Keron, salah
seorang inisiator PYAC, mengatakan, wadah yang diinisiasinya tersebut kini
tengah berusaha menghimpun beberapa komunitas yang ada di Payakumbuh. Dengan
merangkul komunitas anak muda ini diharapkan dapat menjadi sebuah energi positif
yang nantinya dapat berkontribusi untuk pembangunan kota di masa akan datang.
"Melihat perkembangan yang
cukup pesat, khususnya komunitas anak muda di Payakumbuh maka saya bersama
kawan-kawan berinisiatif mencoba merangkul komunitas tersebut dalam sebuah
wadah yang bertujuan untuk menggerakkan anak muda agar peduli dan berkontribusi
untuk pembangunan kota yang lebih baik ke depannya," ujar Roni Keron.
Selain itu, dalam lokakarya
tersebut juga dipaparkan tentang kondisi anak muda Payakumbuh yang aktif di
Media Sosial oleh Ade Suhendra, founder Sudut Payakumbuh. Ia juga menjelaskan
bahwa saat ini anak muda Payakumbuh juga cenderung aktif di dunia maya salah
satunya lewat Instagram dibandingkan dunia nyata.
"Aktifnya anak muda di Media
Sosial membuat kebanyakan anak muda Payakumbuh kurang produktif.
Kecenderungannya yaitu memperlihatkan eksistensi diri lewat foto, video, dan
postingan yang kurang bermanfaat. Sehingga kebanyakan anak muda kurang
memperhatikan dan kurang peduli dengan perkembangan Kota Payakumbuh,"
katanya.
Terakhir, Dede Pramayoza
menjelaskan, wadah anak muda ini seharusnya memiliki kontribusi terhadap apa
yang terjadi di kota tersebut. Sehingga ia berharap ke depannya wadah yang ada
seperti PYAC ini dapat membuat program kongkret dan berkontribusi dalam
pembangunan kota.
"Tantangannya yaitu
bagaimana PYAC yang saat ini sebagai wadah bagi komunitas anak muda di
Payakumbuh dapat bergerak dan berbuat serta melakukan kegiatan nyata melalui
program yang jelas. Kemudian juga berkegiatan positif lewat cara-caranya
sendiri dalam rangka membangun kotanya dan berdampak terhadap kebijakan serta
kepentingan orang banyak," kata Dede Pramayoza yang juga seorang peneliti
dan penulis tersebut. (Rahmat Sitepu)