Oleh: RINI LESMANA, M.Pd
Guru SMA N. 3 Padang Panjang
Mitigasi
bencana adalah serangkain upaya untuk mengurangi resiko bencana , baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (pasal 1ayat 6 PP No 21 tahun 2008 Tentang
penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi merupakan tahap awal
penanggulanggan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak
bencana. Mitigasi adalah kegiatan yang dilakukan sebelum bencana terjadi
, Bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkain peristiwa yang
mengancam yang menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis . Bencana dapat
berupa kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api , banjir,
longsor, badai tropis dan lainnya.
Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespon kejadian bencana, bedasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi . salah satu upaya dalam rangka siapsiaga menghadapi bencana adalah dengan melakukan mitigasi bencana, Bedasarka siklus waktu, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi menjadi 4 kategori 1) kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi), 2) kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi), 3) kegiatan tepat pada saat bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan, 4) kegiatan pasca bencana (pemulihan dan penyembuhan serta perbaikan dan rehabilitas).
Bencana alam yang harus dipersiapkan dengan matang mitigasinya adalah gempa bumi, karena gempa bumi adalah satu-satunya bencana alam yang tidak bisa diprediksi datangnya, karena tidak ada tanda-tanda alam yang mampu mengisyaratkan kalau gempa akan terjadi, Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi . Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasikan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempa bumi. Sehingga efeknya bisa dirasakan sampai kepermukaan bumi, dan itu yang kita sebut gempa.
Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespon kejadian bencana, bedasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi . salah satu upaya dalam rangka siapsiaga menghadapi bencana adalah dengan melakukan mitigasi bencana, Bedasarka siklus waktu, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi menjadi 4 kategori 1) kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi), 2) kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi), 3) kegiatan tepat pada saat bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan, 4) kegiatan pasca bencana (pemulihan dan penyembuhan serta perbaikan dan rehabilitas).
Bencana alam yang harus dipersiapkan dengan matang mitigasinya adalah gempa bumi, karena gempa bumi adalah satu-satunya bencana alam yang tidak bisa diprediksi datangnya, karena tidak ada tanda-tanda alam yang mampu mengisyaratkan kalau gempa akan terjadi, Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi . Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasikan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempa bumi. Sehingga efeknya bisa dirasakan sampai kepermukaan bumi, dan itu yang kita sebut gempa.
Indonesia
merupakan daerah yang rawan gempa bumi, karena dilalui oleh jalur
pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo Australia, lempeng
Eurasia dan lempeng fasifik. Lempeng indo-Australia bergerak relatif ke
arah utara dan menyusup kearah lempeng Eurasia . Sementara lempeng
Fasifik bergerak relatif ke arah barat. Lokasi indonesia yang rawan
gempa bumi ini, menyebabkan kita harus selalu waspada terhadap bencana
alam yang satu ini.
Penulis sengaja mengambil mitigasi khusus untuk bencana alam gempa bumi dan mitigasinyapun ditujukan untuk anak-anak usia dini yang berumur dari 7 -12 tahun. Pada usia ini, anak akan sering lepas dari pengamatan orang tua, karena sudah punya aktifitas sendiri, seperti sekolah atau mengaji di TPA. .Dampak psikologis bagi anak-anak usia dini juga penulis rasakan pada anak kandung penulis sendiri. Pada saat gempa yang cukup besar melanda Sumatera barat pada tahun 2007 usianya baru beranjak 6 tahun. Penulis ingat sekali sebelum gempa ini terjadi dia merupakan anak yang cukup mandiri, untuk kekamar mandi sendiri pada malam hari, dia tidak perlu ditemani lagi, tidur sendiripun dia berani, Gempa tahun 2007 merubah itu semua, dia berubah menjadi anak penakut, tidak pernah mau sendiri dimanapun dan dalam kondisi apapun. Gempa yang menguncang Sumatera Barat tahun 2009, menambah traumanya semakin dalam. Sekarang dia sudah berumur 16 tahun, trauma itu tidak pernah hilang, ke kamar mandi saja dia tidak berani sendiri, harus yakin dia dulu ada yang menemaninya di luar kamar mandi baru dia mau masuk. Berada dalam ruang atau kamar sendiri dia juga tidak berani, bahkan pada siang hari. Suatu peristiwa yang membuat penulis merasakan begitu berat trauma yang dirasakannya akibat gempa adalah suatu pagi penulis berlari dari dapur menuju keteras rumah, karena tukang sampah langganan kami lewat, terkadang kalau kita terlambat memanggilnya, dia akan berlalu saja. Saat itu putri penulis sedang menonton televisi, melihat penulis berlari dia pun ikut berlari, dan malah lebih kencang dari penulis, wajahnya pucat, nafasnya kencang tidak beraturan, Sesampai di luar rumah, penulis bertanya, kenapa ikut berlari, dia menjawab, di kira ada gempa.
Penulis sengaja mengambil mitigasi khusus untuk bencana alam gempa bumi dan mitigasinyapun ditujukan untuk anak-anak usia dini yang berumur dari 7 -12 tahun. Pada usia ini, anak akan sering lepas dari pengamatan orang tua, karena sudah punya aktifitas sendiri, seperti sekolah atau mengaji di TPA. .Dampak psikologis bagi anak-anak usia dini juga penulis rasakan pada anak kandung penulis sendiri. Pada saat gempa yang cukup besar melanda Sumatera barat pada tahun 2007 usianya baru beranjak 6 tahun. Penulis ingat sekali sebelum gempa ini terjadi dia merupakan anak yang cukup mandiri, untuk kekamar mandi sendiri pada malam hari, dia tidak perlu ditemani lagi, tidur sendiripun dia berani, Gempa tahun 2007 merubah itu semua, dia berubah menjadi anak penakut, tidak pernah mau sendiri dimanapun dan dalam kondisi apapun. Gempa yang menguncang Sumatera Barat tahun 2009, menambah traumanya semakin dalam. Sekarang dia sudah berumur 16 tahun, trauma itu tidak pernah hilang, ke kamar mandi saja dia tidak berani sendiri, harus yakin dia dulu ada yang menemaninya di luar kamar mandi baru dia mau masuk. Berada dalam ruang atau kamar sendiri dia juga tidak berani, bahkan pada siang hari. Suatu peristiwa yang membuat penulis merasakan begitu berat trauma yang dirasakannya akibat gempa adalah suatu pagi penulis berlari dari dapur menuju keteras rumah, karena tukang sampah langganan kami lewat, terkadang kalau kita terlambat memanggilnya, dia akan berlalu saja. Saat itu putri penulis sedang menonton televisi, melihat penulis berlari dia pun ikut berlari, dan malah lebih kencang dari penulis, wajahnya pucat, nafasnya kencang tidak beraturan, Sesampai di luar rumah, penulis bertanya, kenapa ikut berlari, dia menjawab, di kira ada gempa.
Dalam
banyak kasus, jika tidak nada mitigasi yang dirancang dengan baik,
banyak korban bencana alam yang mengalami depresi parah, gangguan
kecemasan, gangguan stres pasca trauma, dan ngangguan emosional lainnya,
dampak ini lebih berat jika dibandingkan dampak fisik dari bencana itu
sendiri. Oleh sebab itu kita sebagai orang tua harus cerdas menjelaskan
tentang apa itu bencana alam khususnya gempa bumi, karena pada
pendidikan tingkat dasar, peserta didik belum di kenalkan dengan
mitigasi bencana. Beberapa hal di bawah ini tentang mitigasi bencana
yang bisa kita jelaskan dengan bahasa sederhana supaya anak mampu
memahaminya.
- Jelaskan
apa itu gempa bumi dengan bahasa sederhana Menjelaskan apa itu gempa,
tidak memerlukan kondisi yang serius sekali, mungkin bisa orang tua
jelaskan, pada saat keluarga nmenonton televisi dan kebetulan ada
berita tentang gempa. Bahasa yang dipakaipun jangan bahasa ilmiah yang
sulit dicerna anak-anak.
- ngatkan anak untuk melindungi kepalamya saat gempa terjadi, minimal dengan tangan, sebelum mencari tempat berlindung yang aman.
- Menunjukan
cara menyelamatkan diri ketika terjadi gempa, baik sedang di rumah
maupun di sekolah, seperti keluar dari rumah dan mencari tempat yang
aman, kalau tidak memungkinkan untuk keluar rumah maka berlindung di
bawah meja atau tempat tidur.
- Tunjukan
tempat yang di anggap aman untuk berdiri saat sudah keluar dari rumah
atau ruang kelas, misalnya berlari kelapangan terbuka, yang jauh dari
bangunan, pohon, tonggak listrik yang bisa menimpa kita saat roboh.
- Sepakati tempat titik kumpul saat gempa terjadi. Gempa bumi adalah bencana yang tidak bisa di prediksi, bisa sajaterjadi saat anggota keluarga sedang sibuk dengan aktifitasnya masin-masing, ayah di kantornya, ibu di rumah, anak-anak di sekolah. Hal ini perlu kesepakatan bersama dimana akan berkumpul, supaya tidak terjadi cari-carian sesama anggota keluarga. Carilah lokasi yang paling dekat dengan posisi masing-masing anggota keluarga.
Demikian beberapa
mitigasi gempa bumi, yang bisa kita kenalkan dan ajarkan kepada anak
kita di rumah, atau kepada peserta didik kita . Mitigasi ini bisa kita
lakukan simulasinya, supaya bisa mengurangi rasa takut dan panik
peserta didik pada kondisi yang sebenarnya dan menghilangkan trauma
akibat benca.
#N3