N3 Payakumbuh - Payakumbuh Botuang
Festival (PBF) 2017 di hari ketiga dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Taman Jembatan Ratapan Ibu yang terletak di kelurahah Ibuh Kec. Payakumbuh
Barat. Pertunjukan musik Minang kontemporer dikolaborasikan dengan berbagai
alat musik tradisional dan alat musik modern. Kali ini panitia PBF namai
Festival Pinggir Sungai. (28/11.
Tampak hadir dimalam selebrasi
Walikota Payakumbuh diwakili Asisten II, Amriul Dt. Karayiang, Ketua Komisi V
DPRD Sumbar, Supardi yang juga menyempatkan diri untuk membawakan puisi
perjuangan, Kepala UPT Taman Budaya Sumbar, Masuari, Ketua KONI, Yusra Maiza,
Pimpinan OPD serta para penyair, sastrawan, budayawan, pencipta lagu dan puisi,
pecinta seni tampak meramaikan lokasi ini.
Festival Pinggir Sungai ini
menampilkan sejarah penamaan Jembatan Ratapan Ibuh yang dituangkan dalam sebuah
kisah kolosal dan puitisasi. Sebagaimana kisah yang dibawakan penyair Rusli
Marzuki Saria (81). Dalam kisah ini Rusli Marzuki menceritakan kisah hidup,
berawal dari Sekolah Rakyat yang dijalaninya dalam mencari sejarah Jembatan
Ratapan Ibu.
Asisten II, Amriul Dt. Karayiang
sangat mendukung program ini dan berharap agar acara seperti ini dibuatkan
jadwalnya.
” Kita secara bersama-sama berharap iven ini
akan menjadi agenda kalender wisata tahunan bagi kota Payakumbuh, serta
tercatat sebagai agenda pariwisata provinsi Sumbar. Kegiatan besar ini tentunya
tidak akan terangkat tampa bantuan pihak provinsi,”
Kepala UPT. Taman Budaya, Masuari
mengharapkan semua daerah tingkat II bergerak bersama memunculkan ide dan
inovasi terbaiknya dalam pengembangan wisata daerah.
” Kita berharap 19 kota/kab
bangkit bersama, bergerak serentak memunculkan kegiatan seperti yang kita
laksanakan ini. Untuk tahun 2018 mendatang, Kab. 50 Kota akan menggelar Festival
Silat. dan sebelumnya Kota Padang sudah sukses angkat iven ini. Terkait
pengusulan, itulah fungsinya DPR dan DPRD, pecinta seni dan budaya bersama
pemerintah bersama-sama dalam perencanaan dan bersama sama juga dalam
pelaksanaan hingga pengevaluasian. Mari kita bangkit bersama, demi Sumbar yang
kita cintai ini,” terang Masuari.
Penyair lainnya Adri Sandra, asal Padang Japang, Kabupaten Lima Puluh Kota
yang sudah menghasilkan tiga buku Antologi Puisi ; Luka Pisau, Cermin Kembung
dan Darah Angin serta memiliki koleksi buku-buku penyair yang meraih Nobel
Sastra. Penyair paroh baya yang juga guru tidak tetap ini juga sudah memecahkan
rekor MURI dalam Sastra Indonesia. Pertama, Penulis Buku Syair Terpanjang
dengan judul Hasan dan Fatimah, yang berisi 1.550 bait, dengan tebal 260
halaman.
Tak ketinggalan, Ketua Komisi V
DPRD Provinsi Sumatera Barat, Supardi juga memiliki jiwa seni puisi yang cukup
tinggi. Ketua Komisi yang juga sebagai sponsor dalam PBF tahun 2017 dengan dana
anggaran Pokir Provinsi yang dipertaruhkannya untuk terselebggaranya festival
ini. Dengan semangat berapi-api, Supardi bawakan puisi berjudul “Jembatan“.
Pertunjukan grup musik
tradisional Diafora dengan background
music film Pirates of The Caribbean dengan sensasi Minangkabau. Begitu juga
karya lain, Penjaga Makam, Manih Basijobang, Melanang, yang sangat kental
dengan tradisinya yang dipadukan dengan Kecapi Sunda. Disusul lantunn puisi
oleh sastrawan, Syarifuddin Arifin yang khas dengan suara lantangnya.(Rahmat
Sitepu)