N3, Padang - Larangan untuk membuka keran impor garam, membuat Industri yang mengandalkan garam untuk bahan bakunya, semakin terpuruk. Mereka teriak lantaran seakan tidak ada jaminan. Hal hasil saat ini diketahui harga garam di pasaran mengalami peningkatan yang drastis, yaitu mencapai sebesar 300 persen dalam tiga bulan terakhir akibat pasokan garam mulai mengalami kelangkaan di beberapa daerah.
Persoalan garam yang dulunya dalam bulan februari 2017 telah di wanti - wanti karena akan terjadi permasalahan krisis garam, solusinya sekarang tidak bisa di anggap main main. Dalam hal ini pemerintah harus menjadikan ini sebagai perhatian khusus. Kapan perlu persoalan ini segera ditindaklanjuti Pemko Padang melalui Dinas Perdagangan ke Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Perdagangan.
Dan kabarnya ada jatah garam Sumbar di Medan sebanyak 900 ton yang telah terkendala distribusi. Pemko harus segera menindak lanjuti permasalahan garam ini. Hal ini disampaikan anggota Komisi II DPRD Kota Padang Azirwan, Jum'at (27/7)
Lebihlanjut dikatakan, kelangkaan garam yang terjadi di sejumlah daerah memang sudah tak dapat dipungkiri lagi, sehingga mengakibatkan naiknya harga dipasaran, baik itu di Kota Padang maupun daerah lainnya di Indonesia.
Azirwan mengatakan, sampai detik ini izin impor garam untuk semua keperluan belum keluar. "Apa masalahnya?, tanya Kementerian Kelautan Perikanan(KKP) dan Kementerian Perdagangan. Garam tidak ada dan kalau pun ada, apa memenuhi permintaan?. Namun mengapa belum juga diteken (izin impor) tersebut, apa kendalanya, sementara ini sudah menjadi permasalahan yang cukup serius, "tegas politisi Nasdem itu.
Salah seorang pedagang di Pasar Raya Padang, Jon (40) menyatakan, kesulitan pasokan garam sudah mulai terjadi semenjak dua minggu lalu. Kurangnya pasokan garam mengakibatkan naiknya harga garam di tingkat pengecer dan pedagang.
Jika biasanya harga garam menengah dibeli dari agen 1 pack isi 10 bungkus seharga Rp 14 ribu, sekarang naik menjadi Rp25 ribu per pack. Sedangkan ukuran besar 1 pack isi 10 bungkus garam dibeli seharga Rp35 ribu, kini naik menjadi Rp50 ribu. “Itu pun jatahnya berkurang. Jika biasanya disuplay sebanyak 100 pack setiap waktunya, sekaran hanya dapat jatah 60 pack saja. Termasuk garam halus, saat ini sudah tidak ada beredar lagi,” katanya.
Pedagang lainnya, Jun (41) menambahkan, kenaikan juga terjadi pada garam balok. Jika biasanya dijual dengan harga Rp8 ribu, kini naik menjadi Rp9 ribu. Stoknya pun sekarang sudah tidak ada karena suplainya tidak masuk. “Garam karung juga naik signifikan dari semula Rp1500 per kilo, kini menjadi Rp4500 perkilo. Pasokannya juga terbatas,” katanya.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara, hampir seluruh perusahaan yang memproduksi garam beryodium untuk konsumsi rumah tangga tumbang akibat kesulitan mendapatkan bahan baku.
Akibatnya stok garam dalam negeri terus menipis. Tingginya kebutuhan belum bisa diimbangi oleh produksi dalam negeri yang baru bisa mencapai 1,8 juta ton per tahun. Sementara total kebutuhan garam baik untuk konsumsi dan industri mencapai 4,3 juta ton per tahun.(M7)