Hal
diatas menjadi arahan Wakil Bupati Ferizal Ridwan kepada ratusan siswa
dan siswi kelas IX SMP Negeri 1 Lareh Sago Halaban yang menggelar acara
perpisahan di sekolahnya, Selasa (16/5) siang. "Artinya, saya
menginginkan kita semua mengkaji, bagaimana cita-cita pendidikan itu
benar-benar terwujud. Mulai dari perencanaannya, ini harus dapat
diformulasikan secara jangka panjang," kata Ferizal dalam sambutannya.
Saat
ini, terang Putra Lareh Sago Halaban itu, taraf pendidikan di Kabupaten
Limapuluh kota masih berada di bawah standar yang sudah diterapkan oleh
pemerintah pusat di seluruh daerah Indonesia. Bahkan, katanya, kalau
boleh dibilang, taraf pendidikan Limapuluh Kota masih berada di angka
6,5 tahun, atau belum memenuhi program wajib belajar 9 tahun.
Sebab,
jika diakumulasikan antara rata-rata lulusan pendidikan tinggi dengan
jumlah penduduk yang putus sekolah, bisa dikalkulasikan jika taraf
pendidikan masyarakat di Luak Nan Bungsu masih rendah di banding daerah
lain. Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh unsur, khususnya Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan ke depan dapat membuat formulasi serta
perencanaan program pendidikan untuk jangka panjang.
Pemerintah
daerah, lanjutnya, ke depan membutuhkan kajian-kajian serta evaluasi
untuk bagaimana menciptakan terobosan di bidang pendidikan, untuk
meningkatkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Disamping itu, ia
juga mengajak seluruh insan peserta didik menyadari arti pentingnya
pendidikan untuk kelangsungan kehidupan.
Karena,
menurutnya, kualitas hidup yang sebenarnya tidak hanya sebatas sampai
dimana kita berhasil berusaha menggapai cita-cita dan kebutuhan materil,
tetapi bagaimana para anak didik mampu mempergunakan dan berfungsi
menciptakan generasi terdidik bagi pembangunan daerah. "Ini lah yang
harus kita sadari bersama. Termasuk bagaimana, mengatasi persoalan
kekurangan guru," tutur Ferizal.
Seperti
yang banyak ditemui pada sekolah di Limapuluh Kota, terutama di kawasan
terpencil. Ferizal menyebut, kebijakan pemerintah pusat yang meniadakan
penerimaan atau pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak 2010
silam, secara tidak langsung berdampak terhadap kondisi kekurangan guru
PNS di banyak sekolah negeri.
"Kondisi
ini tentu berbanding terbalik dengan angka pensiun PNS kita yang
mencapai sekira 400-an orang setiap tahun. Sementara kebutuhan akan
tenaga guru PNS kita sangat tinggi. Akibatnya, sekolah pun terpaksa
memberdayakan guru honor. Ini yang musti dipikirkan dan diformulasikan
ke depan, agar taraf pendidikan dan IPM kita bisa meningkat," tutur
Ferizal.
Selain
Wabup Ferizal Ridwan, turut hadir dalam prosesi perpisahan itu, Kabid
SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Camat Lareh Sago Halaban, unsur
muspika serta seluruh wali murid. Kepala SMP N 1 Kecamatan Lareh Sago
Halaban, M Yusuf Lubis menyebut, sangat berterima kasih atas kepedulian
wakil bupati dan jajaran Disdik Bud yang sudah memberi perhatian ke
sekolahnya. (Rahmat Sitepu)