N3 Limapuluh Kota - Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Lima Puluh Kota, terus
berbenah diri terhadap Penanggulangan Bencana (PB), dengan mendirikan
Kelompok Siaga Bencana (KSB), serta melakukan pencanangan Sekolah
Tangguh Bencana (STB), “Siap Untuk Selamat”.
“Saat
ini, Lima Puluh Kota telah memiliki 1050 orang anggota KSB terdiri dari
35 nagari. Di tahun 2017 ini, upaya BPBD meminta kepada seluruh nagari
yang belum mendaftarkan nama calon anggota KSB untuk segera mengirimkan
daftar namanya, “ujar Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Lima Puluh Kota
Nasriyanto kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Jum’at (12/5).
Nasriyanto
didampingi Sekretaris Nur Akmal dan Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan
(PK) Hendri Yoni, menjelaskan, pada hari Rabu (10/5), kemarin, bertempat
di halaman SMPN 4 Ampalu, BPBD telah melakukan pembentukan dan pengukuhan KSB, nagari Ampalu, kecamatan Lareh Sago Halaban.
Dengan
telah dikukuhkan KSB nagari Ampalu, tentunya anggota KSB sudah
bertambah. Usai pengukuhan KSB Ampalu, hari ini Jum’at (12/5), Wali
nagari Galugua, kecamatan Kapur IX juga telah mengantarkan anggota
KSBnya. Kita upayakan di tahun 2017 ini seluruh nagari sudah membentuk
KSB. Finalnya akan berjumlah 2.370 orang anggota.
Pada
kesempatan itu, juga dilaksakan sosialisasi pengurangan resiko bencana
serta pencanagan STB. Kemudian, jadwal yang belum ditentukan, hal yang
sama juga akan dilaksanakan di nagari Mungka, kecamatan Mungka,
bertempat di kantor Wali nagari setempat.
Tujuan
didirikan KSB disetiap nagari ini, untuk menjadi tim yang paling awal
memberi pertolongan kepada warga saat terjadi bencana. Sedangkan, mulai
dibentuknya STB, karena anak dan remaja merupakan kelompok paling rentan
beresiko tinggi terkena dampak bencana, maupun masalah kesehatan, baik
secara fisik maupun psikologi.
Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain wilayah tempat
tinggalnya yang rawan bencana maupun kurangnya pengetahuan, ketrampilan,
dan kesadaran untuk mengurangi resiko. STB, sebagai anggota remaja PMI
mempunyai peran dan peluang mempengaruhi kelompok sebayanya, baik di
sekolah maupun luar sekolah.
Ditambahkan
Hendri Yoni, melalui pendekatan pendidikan remaja sebaya, anak dan
remaja akan bersama-sama bertukar informasi, menemukan masalah,
merancang dan membuat kesepakatan solusi melalui kegiatan dan perilaku
pengurangan resiko.
“Perilaku
positif yang diawali sejak dini, akan berdampak pada peningkatan
kualitas hidup di masa mendatang dan memberikan pengaruh kepada perilaku
positif orang dewasa.
"Untuk
menunjang hal tersebut, maka perlu dibentuk KSB dan STB dalam hal
memahami pentingnya membangun ketahanan anak dan remaja terhadap
pengurangan resiko, “ujar Hendri Yoni.(Rahmat Sitepu)