Fakta yang ada di sekeliling kita kadang mengejutkan dengan meletusnya berita salah satu tokoh yang kita anggap bersih dan bersahaja, ditangkap pihak penegak hukum. Dengan memakai baju orange – ciri khas tahanan kasus korupsi, si tokoh dibawa menuju ke mobil tahanan dan untuk sementara keberadaannya lenyap di balik jeruji besi tahanan.
Tidak sekali dua kali kejadian ini berulang menimpa banyak orang di bumi Nusantara ini. Seakan-akan hal ini sudah menjadi lumrah diakhir suatu perjalanan dari seseorang yang mengabdikan diri kepada negara dan melakukan segala sesuatu dalam tugasnya dengan memakai uang dan fasilitas negara. Kadang kita miris melihat usia mereka yang rata-rata tidak muda lagi dan disaat kondisi fisik nya sudah mulai rapuh tapi harus mencoba dinginnya lantai tahanan ataupun penjara.
Sepandai pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga, ini adalah peribahasa kuno yang berlaku sampai akhir zaman. Ironisnya tupai yang sadar adalah tupai yang mendapatkan akibat dari kejatuhannya. Tidak pernah jadi bahan cerminan kepada diri tupai tupai yang lain, bahwa melompat lompat dari satu pohon ke pohon yang lain seraya mengambil buah yang bukan haknya adalah perbuatan yang melanggar hukum.
Apakah tidak terpikir bagi para pelaku praktik korupsi yang ketika menjabat dan dilantik selalu diambil sumpahnya. Baik waktu pertama kali menjadi pegawai negeri ataupun ketika menjabat suatu posisi di pemerintahan. Dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri adalah melanggar sumpahnya sendiri. Kecuali ketika pembacaan sumpah ramai ramai dia tidak ikut mengucapkan dengan lantang atau pura pura bersumpah saja.
Dilain pihak bahwa pihak aparat hukum juga melakukan hal serupa di lingkungannya, dimana mereka juga punya sumpah dan janji sesuai dengan kapasitas mereka. Walaupun manusia tidak ada yang sempurna dan dalam kehidupan nyata orang yang tidak sempurna itu sering di panggil “oknum”. Tapi bila di generalisasi setiap orang akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya terlepas dari faktor kepentingan tertentu yang membuatnya distorsi .
Pada akhir dari peperangan kepentingan ini, si salah yang tidak sadar dengan kesalahannya, si jahat yang tidak sadar dengan kejahatannya . Tatkala kedua kepentingan ini bertemu maka terjadilah ungkapan “pada akhirnya kebenaran akan menang” dan “si tupai yang jatuh” pun masuk kurungan. (Rahmat Sitepu)