N3, Sumbar ~ Apabila
kepentingan bisnis dan aturan saja yang dikemukakan, sudah tentu akan
melahirkan sifat tirani dan kediktatoran ditengah masyarakat. Sebab
dikepala mereka hanya tertanam kata kata "aturan, aturan, aturan dan
bisnis" tanpa ada kata kebijakan. Dan kalau saja yang melakukan hal
tersebut adalah pihak swasta, itu dianggap wajar oleh masyarakat. Nah
bagaimana jika yang melakukan adalah pemerintah ?
Ironis,
hal ini terjadi ditengah masyarakat dengan kondisi ekonomi yang morat
marit. Dimana PT. PLN Sumatera Barat Rayon Belanti Padang, bersama
timnya
mendatangi salah seorang pelanggan yang bernama Irvan Tonius RB
beralamat di Jalan Simpang Tinju RT 03 RW 03, untuk melakukan pemutusan
sambungan listrik.
Saat
itu, ketua Tim langsung saja menyerahkan surat pemberitahuan
pelaksanaan pemutusan sementara sambungan tenaga listrik untuk
pelanggan, tanpa adanya surat pemberitahuan sebelumnya. Surat
kemudian diterima anaknya Ryan yang masih berusia 15 tahun. Remaja
kelas XI SMA
ini memberitahukan ibunya yang kerja di instansi pemerintah. Ryan minta
bapak ketua tim tersebut jangan membongkar kwh rumahnya karena ibunya
akan membayar tagihan dimaksud. Namun ketua tim tersebut tidak peduli
dan langsung berlalu.
Ibu
Ryan berinisial SS kepada wartawan nusantaranews.net mengatakan bahwa
ia sangat menyesalkan sikap tak peduli yang diambil oleh petugas PLN
Rayon Belanti Padang tersebut. Masa untuk mengambil kebijakan menunda
pemutusan satu hari saja mereka tidak bisa. Dan lagi, ia sama sekali
belum pernah menerima surat teguran dan pemberitahuan dari pihak PLN,
bahwasanya daya listrik dirumahnya akan diputus.
Ia menyadari, memang itu merupakan kelalaian darinya yang sudah dua bulan menunggak dan belum melakukan pembayaran listrik.
Namun
hal ini dikarenakan tuntutan biaya hidup yang tinggi serta beban
kerjanya yang padat, sehingga ia harus pontang panting untuk menafkahi
keluarga saja sendiri. Apalagi ia sering dinas luar, sementara kondisi
suami sakit
stroke dirumah, dan tidak bisa membantu pekerjaan apapun. Sementara
kedua
anak saya masih sekolah. Memang sudah 2 kali saya terlambat bayar
seperti ini, satu lagi terjadi pertengahan tahun lalu. Saya selalu
membayarnya sebelum tanggal 20.
Begitu anak saya memberitahukan hal
itu, saya langsung bayar di Rayon Belanti dan langsung saya ke PLN
Cabang Padang di Jalan Khatib Sulaiman. Namun petugas yang menerima
pengaduan tersebut menyatakan bahwa saya harus migrasi menjadi kwh token
alias prabayar serta memenuhi persyaratan administrasi yaitu fotocopy
KTP dan 3 lembar materai 6000 saya tidak langsung memproses, ujar ibu
Susi tersebut.
Dia langsung pulang dan bermusyawarah dengan keluarganya. Semalaman keluarganya dalam kegelapan. Keesokkan harinya, ibu ini kembali ke PT.PLN Cabang Padang membawa persyaratan administrasi dimaksud.
Petugas penerima pengaduan itu menginformasikan jika dimigrasikan statusnya menjadi prabayar, maka harus menunggu 5 hari lagi. Menjelang pemasangan kwh prabayar itu, maka dia meminta agar pihak PLN memasangkan kembali kwh lama dan petugas itu berjanji akan memasangnya Jum'at sore. Namun hingga waktu yang ditentukan pihak PLN masih belum memasangkan kwh walaupun sudah dilunasi. Saya kecewa juga dengan pelayanan ini karena dalam surat tersebut jelas-jelas hanya pemutusan sementara sampai tunggakan dilunasi. "sepertinya mereka tidak punya hati, ucap Susi dengan lirih. $$
Dia langsung pulang dan bermusyawarah dengan keluarganya. Semalaman keluarganya dalam kegelapan. Keesokkan harinya, ibu ini kembali ke PT.PLN Cabang Padang membawa persyaratan administrasi dimaksud.
Petugas penerima pengaduan itu menginformasikan jika dimigrasikan statusnya menjadi prabayar, maka harus menunggu 5 hari lagi. Menjelang pemasangan kwh prabayar itu, maka dia meminta agar pihak PLN memasangkan kembali kwh lama dan petugas itu berjanji akan memasangnya Jum'at sore. Namun hingga waktu yang ditentukan pihak PLN masih belum memasangkan kwh walaupun sudah dilunasi. Saya kecewa juga dengan pelayanan ini karena dalam surat tersebut jelas-jelas hanya pemutusan sementara sampai tunggakan dilunasi. "sepertinya mereka tidak punya hati, ucap Susi dengan lirih. $$