N3, Padang ~ Kritikan yang selama ini dialamatkan kepada Pemerintah Kota Padang justru tidak membuat walikota dan perangkat kerjanya patah semangat. Namun justru menjadikan kritikan sebagai pelecut semangat dalam terus bekerja dan berkarya.
"Terjadinya percepatan pembangunan di Kota Padang karena adanya kritikan terutama dari perantau," ujar Walikota Padang H. Mahyeldi Dt Marajo di depan gubernur Jambi dan seluruh masyarakat Minang saat halal bi halal bersama Himpunan Masyarakat Minangkabau (HMM) Jambi di Aula RRI Jambi, Jumat (29/7) malam.
Ditekankan walikota, setiap kritikan yang dialamatkan kepadanya justru dijawab dengan kerja. Sebab, apabila kritikan di media massa dibantah lewat media massa juga, justru akan menghabiskan waktu dan biaya.
"Sebaiknya kritikan itu dibantah dengan kerja optimal," terangnya.
Mahyeldi menyebut, pernah suatu kali dirinya berbincang dengan seorang perantau. Saat itu perantau tersebut mengeluh dengan adanya "tenda ceper" di Pantai Padang. Saat ditanya balik kapan melihat "tenda ceper" tersebut, perantau menjawab enam tahun lalu.
"Ketika itu saya sampaikan bahwa Padang sudah jauh berubah, tidak ada lagi 'tenda ceper' seperti yang disampaikan," katanya.
Namun begitu, walikota menekankan bahwa dirinya bukanlah anti kritik. Dirinya justru ingin mendapat masukan dan kritikan dalam menjalankan amanah yang diberikan warga kepadanya.
"Tentunya kritikan tersebut dibarengi dengan solusi," tukasnya.
Mahyeldi menyebut, apabila tidak ada kritikan dan masukan dari perantau, tentunya ini bisa disebut terjadinya kemunduran dan antipati dari perantau kepada pemerintah. "Kalau sudah begitu, kiamat namanya," kata walikota.(Charlie)
"Terjadinya percepatan pembangunan di Kota Padang karena adanya kritikan terutama dari perantau," ujar Walikota Padang H. Mahyeldi Dt Marajo di depan gubernur Jambi dan seluruh masyarakat Minang saat halal bi halal bersama Himpunan Masyarakat Minangkabau (HMM) Jambi di Aula RRI Jambi, Jumat (29/7) malam.
Ditekankan walikota, setiap kritikan yang dialamatkan kepadanya justru dijawab dengan kerja. Sebab, apabila kritikan di media massa dibantah lewat media massa juga, justru akan menghabiskan waktu dan biaya.
"Sebaiknya kritikan itu dibantah dengan kerja optimal," terangnya.
Mahyeldi menyebut, pernah suatu kali dirinya berbincang dengan seorang perantau. Saat itu perantau tersebut mengeluh dengan adanya "tenda ceper" di Pantai Padang. Saat ditanya balik kapan melihat "tenda ceper" tersebut, perantau menjawab enam tahun lalu.
"Ketika itu saya sampaikan bahwa Padang sudah jauh berubah, tidak ada lagi 'tenda ceper' seperti yang disampaikan," katanya.
Namun begitu, walikota menekankan bahwa dirinya bukanlah anti kritik. Dirinya justru ingin mendapat masukan dan kritikan dalam menjalankan amanah yang diberikan warga kepadanya.
"Tentunya kritikan tersebut dibarengi dengan solusi," tukasnya.
Mahyeldi menyebut, apabila tidak ada kritikan dan masukan dari perantau, tentunya ini bisa disebut terjadinya kemunduran dan antipati dari perantau kepada pemerintah. "Kalau sudah begitu, kiamat namanya," kata walikota.(Charlie)