Penulis Ir. Hendri Nofrianto, MT |
DIUSIANYA yang 346 ini, seharusnya momentum bagi pemimpin Kota Padang dalam mewujudkan impian para pendahulunya menjadikan Padang, kota metropolitan yang maju dan mensejahterakan masyarakatnya.
Apalagi Kota Padang sebagai cerminan dari Provinsi Sumatera Barat, tentu harapan masyarakat sangat tinggi sebagai titik tolak mewujudkan cita-cita yang selama ini masing dilangit nan jauh.
Gerakan Nasional “Ayo Kerja” yang dicanangkan pemerintah pusat, sesungguhnya adalah perwujudan praktis dari gerakan revolusi Mental. Targetnya bukan semata untuk rakyat namun harus menjangkau dan mengikat para penyelenggara negara. Mereka memiliki tanggung jawab moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, tanpapamrih, melayani rakyat.
Namun apa lacur, semuanya bak tabir gelap, slogan dan janji para pemimpin hanya untuk merayu hati rakyat, untuk menina bobokan mereka saat malam menjelang sampai mentari terbit di pagi hari. Mimpi indah yang menghiasi mereka tadi malampun sirna.
Inilah kenyataan dan gambaran kondisi Kota Padang saat ini. Hampir memasuki dua tahun semenjak pasangan Walikota Padang terpilih, berbagai wacana program yang digelontorkan saat kampenya dahulu, hingga saat ini belum ada bukti nyata dirasakan oleh masyarakat.
Bahkan, tingkat ekonomi semakin sulit, pedagang khususnya pedagang kaki lima (PKL) kian tersisih dan tergusur. Sebagai contoh, pembangunan Lapau Panjang yang digaungkan termegah di Asia Tenggara di Danau Cimpago Kelurahan Purus Kecamatan Padang Barat tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar.
Pada bidang pendidikan, kenyataannya memang belum ada perkembangan, bahkan program kerja
dinas terkait tidak
ada yang berubah dari yang sebelumnya.
Mereka tidak memberikan sebuah kebijakan
baru yang benar-benar membuat meningkatnya mutu dan kualitas dunia pendidikan di Kota Padang.
Begitu juga pembangunan fasilitas pendidikan, tidaklah ada bedanya, hanya sebatas misi pada saat
kampanye saja agar memperoleh banyak
suara tanpa ada aktualisasi. Dimana hampir dua tahun memimpin, sama sekali tidak ada perubahan
pada wajah pendidikan, dan peringkat Kota Padang pada tingkat nasional kian terpuruk.
Sedangkan pembangunan infrastruktur juga terlihat pemerintah sekarang masih kurang peka terhadap kebutuhan masyarakat, dimana banyak kelurahan maupun kecamatan yang mengajukan
untuk perbaikan dan pengaspalan jalan di
daerahnya, tapi tidak diakomodir oleh
pemerintah daerah.
Selain itu masih banyak drainase yang
tidak lancar karena tersumbat oleh sampah
sehingga ketika hujan air akan menggenangi
jalan dan jalan akan lebih parah. Pasalnya kualitas pembangunan
drainase yang buruk, sehingga menyebabkan
kerusakan hanya dalam waktu beberapa bulan
saja setelah pembangunannya.
Pemerintah daerah juga belum
mengeksplorasi objek wisata lain yang
banyak terdapat di Kota Padang.
Sehingga pengetahuan wisawatan mengenai
objek wisata di Kota Padang hanya terfokus pada daerah tertentu saja. Seperti Pantai Padang, Pantai Air Manis dengan legendanya Malin Kundang, Gunung Padang dengan Sitinurbaya. Taman Nirwana, di Bungus Teluk Kebung Kecamatan Bungus.
Padahal, banyak objek-objek
wisata alam di taman raya Bung Hatta maupun air terjun tiga tingkat, di Bungus Teluk Kebung, Lubuk Paraku, Lubuk Tempurung dan lainnya yang keindahannya tidak kalah
dengan pesona wisata yang dikenal.
Tentunya kita berharap, secuil gambaran atas kepemimpinan pasangan Walikota Padang Mahyeldi dan Emzalmi dalam memimpin Kota Padang diatas, dapat menjadi cambuk bagi mereka agar dapat memperbarui tekad dalam mewujudkan harapan seluruh masyarakat menuju kearah yang lebih baik. Karena mereka memiliki tanggung jawab moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, tanpapamrih, melayani rakyat secara global. **