N3, Bandung ~ Sejumlah perusaan yang beroperasi di Jabar, karena berbagai faktor sudah ada yang melakukan PHK. Kasus PHK, dari Januari sampai Juli 2015, telah mencapai 380 kasus dengan jumlah karyawan yang terkena PHK sebanyak 1.207 kasus. Hal demikian, diungkapkan Kadis Nakertrans Jabar, Hening Widiatmoko dalam keterangannya kepada wartawan.
Menurut Hening, jumlah kasus PHK tersebut, tersebar di beberapa daerah di Jabar, kecuali Kota dan Kabupaten Bogor belum termasuk dalam perhitungan tersebut karena untuk memastikan kondisi PHK di Bogor masih menunggu jadi tidaknya beberapa perusahaan di wilayah tersebut yang akan merelokasi perusahaan ke Provinsi lain.
Hening lebih lanjut memaparkan, PHK berpeluang bertambah karena untuk beberapa bulan ke depan akan mulai ada proses pengupahan. Jika UMR tinggi peluang perusahaan untuk menutup perusahaan sangat besar.
PHK yang terjadi saat ini, didominasi oleh industri yang bergerak di sektor padat karya, faktor yang menyebabkannya perusahaan melakukan rasionalisasi.
Hening menuturkan, solusi yang disiapkan untuk investasi, yaitu harus diarahkan untuk mendanai industri yang bergerak dalam industri padat karya.
Tantangan berikutnya, ujar Hening, masuknya perusahaan kompetitor dari luar harus diantisipasi, apalagi MEA akan menjadi tantangan keberlangsungan tenaga kerja .**
Menurut Hening, jumlah kasus PHK tersebut, tersebar di beberapa daerah di Jabar, kecuali Kota dan Kabupaten Bogor belum termasuk dalam perhitungan tersebut karena untuk memastikan kondisi PHK di Bogor masih menunggu jadi tidaknya beberapa perusahaan di wilayah tersebut yang akan merelokasi perusahaan ke Provinsi lain.
Hening lebih lanjut memaparkan, PHK berpeluang bertambah karena untuk beberapa bulan ke depan akan mulai ada proses pengupahan. Jika UMR tinggi peluang perusahaan untuk menutup perusahaan sangat besar.
PHK yang terjadi saat ini, didominasi oleh industri yang bergerak di sektor padat karya, faktor yang menyebabkannya perusahaan melakukan rasionalisasi.
Hening menuturkan, solusi yang disiapkan untuk investasi, yaitu harus diarahkan untuk mendanai industri yang bergerak dalam industri padat karya.
Tantangan berikutnya, ujar Hening, masuknya perusahaan kompetitor dari luar harus diantisipasi, apalagi MEA akan menjadi tantangan keberlangsungan tenaga kerja .**