N3, Padang, 32 hari lakukan penelitian menggunakan kapal Falkor milik Schmidt Ocean Institute Amerika Serikat, 10 peneliti geofisika kelautan asal Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP), Earth Observatory Singapore Nanyang Technological University (EOS-NTU), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan banyak patahan aktif di bagian barat Sumatera tepatnya di Kepulauan Mentawai. Tim peneliti juga mengklaim telah berhasil melakukan pengambilan data seismik beresolusi tinggi dan data paras dasar laut.
Melalui penelitian bertajuk Mentawai Gap Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA), Profesor Satish Singh dari IPGP mengatakan, dari dua lokasi penelitian, masing-masing di cekungan Wharton dan kawasan sebelah barat Pulau Siberut, ditemukan banyak patahan aktif di dekat palung dengan arah berbeda-beda, baik di lempeng yang tersubduksi maupun lempeng diatasnya. Kekuatan gempa yang tersimpan di pertemuan lempeng dimaksud mencapai 9 Skala Richter, bahkan memungkinkan memicu terjadinya tsunami. Akan tetapi, tidak bisa ditentukan kapan energi tersebut dilepaskan.
“Penelitian ini sangat menarik. Kami telah mencitrakan dasar laut, yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kekuatan gempa yang mungkin ditimbulkan bisa mencapai 9 SR, bisa jadi lebih rendah karena kekuatannya sudah ada yang keluar tahun 2010 lalu,” terangnya kepada awak media di Auditorium Gubernuran
Dalam kesempatan yang sama, peneliti asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Nugroho Hananto mengatakan, penelitian dilakukan untuk melihat pergerakan zona subduksi di Mentawai. Hasilnya penelitian akan disampaikan kepada Pemerintah Indonesia, yang bisa dijadikan bahan untuk menyusun mitigasi bencana yang harus disiapkan menghadapi kemungkinan bencana yang ditimbulkan.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya gempa diiringi tsunami, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menyiapkan mitigasi bencana, mulai dari memberikan sosialisasi dan kesiapsiagaan bencana pada masyarakat. Sejumlah jalur evakuasi, khususnya evakuasi vertical atau shelter telah didirikan untuk dijadikan sebagai lokasi mengamankan diri, guna meminimalisir jatuhnya korban jiwa jika terjadi tsunami.
“Kita sudah petakan daerah rawan. Di situ kita bangun shelter untuk menampung masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi tsunami. Kita fokus ke shelter dibanding jalur horizontal yang justru memicu kepanikan dan kemacetan,”
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga berharap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti tersebut juga dapat disampaikan sebagai bahan menjadi informasi dan kajian bagi pemerintah provinsi guna mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengurangi resiko bencana jika terjadi, harapnya
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake yang juga hadir bersama para peneliti dalam kesempatan tersebut mengatakan, Amerika akan terus mendukung para peneliti yang ingin melakukan riset tentang sains ataupun teknologi. Amerika juga mendukung pembangunan berbasis kemaritiman yang diprogram oleh pemerintah Joko Widodo dalam memajukan pembangunan yang lebih di Indonesia.
Kerjasama yang baik dengan pemerintah provinsi Sumatera Barat, tentunya juga akan memberikan pengembangan proyek berbagai pengetahuan dibidang penelitian dan pendidikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat oleh kedua belah negara.
Sementara dengan pemerintah provinsi Sumatera Barat sendiri, Pemerintah Amerika akan mencoba menjajaki kemungkinan kerjasama membangun Smart City, Geothemal, Pengembangan Kawasan Maritim, dan Pariwisata.
Kegiatan ini juga dilanjutkan meninjau kecangihan peralatan kapal peneliti Folkor di Teluk Bayur, yang juga dibarengi dengan kegiatan buka bersama bersama tokoh-tokoh masyarakat Sumatera Barat dalam suasana melaksanakan ibadah puasa.Zrd
Melalui penelitian bertajuk Mentawai Gap Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA), Profesor Satish Singh dari IPGP mengatakan, dari dua lokasi penelitian, masing-masing di cekungan Wharton dan kawasan sebelah barat Pulau Siberut, ditemukan banyak patahan aktif di dekat palung dengan arah berbeda-beda, baik di lempeng yang tersubduksi maupun lempeng diatasnya. Kekuatan gempa yang tersimpan di pertemuan lempeng dimaksud mencapai 9 Skala Richter, bahkan memungkinkan memicu terjadinya tsunami. Akan tetapi, tidak bisa ditentukan kapan energi tersebut dilepaskan.
“Penelitian ini sangat menarik. Kami telah mencitrakan dasar laut, yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kekuatan gempa yang mungkin ditimbulkan bisa mencapai 9 SR, bisa jadi lebih rendah karena kekuatannya sudah ada yang keluar tahun 2010 lalu,” terangnya kepada awak media di Auditorium Gubernuran
Dalam kesempatan yang sama, peneliti asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Nugroho Hananto mengatakan, penelitian dilakukan untuk melihat pergerakan zona subduksi di Mentawai. Hasilnya penelitian akan disampaikan kepada Pemerintah Indonesia, yang bisa dijadikan bahan untuk menyusun mitigasi bencana yang harus disiapkan menghadapi kemungkinan bencana yang ditimbulkan.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya gempa diiringi tsunami, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menyiapkan mitigasi bencana, mulai dari memberikan sosialisasi dan kesiapsiagaan bencana pada masyarakat. Sejumlah jalur evakuasi, khususnya evakuasi vertical atau shelter telah didirikan untuk dijadikan sebagai lokasi mengamankan diri, guna meminimalisir jatuhnya korban jiwa jika terjadi tsunami.
“Kita sudah petakan daerah rawan. Di situ kita bangun shelter untuk menampung masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi tsunami. Kita fokus ke shelter dibanding jalur horizontal yang justru memicu kepanikan dan kemacetan,”
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga berharap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti tersebut juga dapat disampaikan sebagai bahan menjadi informasi dan kajian bagi pemerintah provinsi guna mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengurangi resiko bencana jika terjadi, harapnya
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake yang juga hadir bersama para peneliti dalam kesempatan tersebut mengatakan, Amerika akan terus mendukung para peneliti yang ingin melakukan riset tentang sains ataupun teknologi. Amerika juga mendukung pembangunan berbasis kemaritiman yang diprogram oleh pemerintah Joko Widodo dalam memajukan pembangunan yang lebih di Indonesia.
Kerjasama yang baik dengan pemerintah provinsi Sumatera Barat, tentunya juga akan memberikan pengembangan proyek berbagai pengetahuan dibidang penelitian dan pendidikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat oleh kedua belah negara.
Sementara dengan pemerintah provinsi Sumatera Barat sendiri, Pemerintah Amerika akan mencoba menjajaki kemungkinan kerjasama membangun Smart City, Geothemal, Pengembangan Kawasan Maritim, dan Pariwisata.
Kegiatan ini juga dilanjutkan meninjau kecangihan peralatan kapal peneliti Folkor di Teluk Bayur, yang juga dibarengi dengan kegiatan buka bersama bersama tokoh-tokoh masyarakat Sumatera Barat dalam suasana melaksanakan ibadah puasa.Zrd