N3, Sulawesi Selatan ~ Asosiasi Rumput Laut
Indonesia (ARLI) memprediksi, ekspor rumput laut tahun ini akan melambat.
Beberapa kebijakan pemerintah pusat yang tidak dibicarakan dengan pemerintah
daerah sebelumnya, disebut-sebut sebagai pemicu.
Ketua ARLI, Safari Aziz,
mengatakan, pada Januari lalu sempat berhembus wacana pengenaan bea ekspor
rumput laut. Akibatnya, eksportir menghentikan sementara, dan negara-negara
penerima ekspor mengalihkan pengembangan rumput lautnya ke negara lain.
"Tahun ini, ekspor
agak melambat. Tapi, kami akan berusaha minimal sama dengan tahun lalu,"
kata Safari, usai bertemu Gubernur Sulsel, DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH.,
M.Si., M.H di Ruang Kerja Gubernur
.
Safari mengungkapkan, pada
tahun 2014, ekspor rumput laut mencapai 124 ribu ton lebih dengan nilai 146
juta USD. Ekspor tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia.
"Kami sebenarnya
berharap ekspor tahun ini bisa naik 10 persen. Tapi karena ada
penyesuaian-penyesuaian, maka agak melambat," ujarnya.
Terkait kesiapan ekspor
tiga kali lipat tahun ini, sebagaimana yang dicanangkan Pemprov Sulsel, ARLI
mengaku siap dan tidak ada masalah. Namun, pihaknya masih sementara
menginventarisir, berapa yang akan diekspor.
"Kami berharap, kalau
pemerintah pusat mau buat kebijakan, dibicarakan dulu dengan pemerintah di
daerah. Sekarang ini, kendala kita itu, kurangnya koordinasi. Selain itu juga
masalah logistik, dimana ongkos angkut domestik lebih mahal dari ekspor,"
harapnya.
Dalam pertemuan itu,
Safari juga mengungkapkan keinginannya membangun pusat penelitian dan
pengembangan rumput laut. "Saat ini, lokasinya sementara dicari, tapi kita
upayakan di Sulsel," terangnya.
Sementara, Gubernur
Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, rumput laut menjadi prioritas di
Sulsel. Terkait kebijakan pemerintah pusat, Syahrul berjanji akan menerobos
jika memang ada hal-hal yang logis dan memang dibutuhkan.
"Persoalan
pembangunan research center, ayo kita buat sama-sama. ARLI bicarakan
konsepsinya dengan dinas terkait, kita bangun di Sulsel," kata Syahrul.
Menurutnya, rencana ekspor
besar-besaran akan dilakukan pada tanggal 3 Agustus mendatang. Ekspor akan dilepas
oleh Presiden RI Joko Widodo.
"Tanggal 3 Agustus
itu ada waktu yang kita patok, tapi bisa saja bergeser tergantung kesiapan
presiden. Kita tarik perhatian pemerintah pusat, kalau ekspor kita bisa jalan,
apalagi jika didukung kebijakan dari pusat," tegasnya.