Nn, Samarinda ~ Sumber daya manusia (SDM) di Kaltim mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional. Prestasi yang dicapai pelajar Kaltim jauh lebih baik dari provinsi lain, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Contohnya, pelajar SMA Negeri 10 Samarinda Gheby Vadhila Isnainy, Gracecika Marthgareth Harianja dan Muhammad Surya Madani yang meraih Juara 1 Tingkat Internasional Lomba Spontaneus Crisis Challengge di Sekolah Menengah Kebangsaan, Sri Aman, Selangor Malaysia dalam event Sri Aman Enviromental Youth Ledership Summit (SAEYLS) 2015.
Prestasi lainnya juga diraih Triana Pangestu Utami pelajar SMAN 4 Berau dalam Olimpiade Astronomi tingkat internasional di Korea. Triana meraih medali emas 2009 dan Richard Wellianto SMAN 4 Berau dalam World Matematic Team Championship tingkat internasional di Beijing, meraih perunggu pada 2011.
“Jika melihat hasil beberapa prestasi tersebut, pelajar di Kaltim tidak kalah kualitasnya dengan pelajar provinsi lain. Bahkan mereka mampu bersaing di tingkat internasional. Ini sangat membanggakan Kaltim dan Indonesia,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kaltim Musyahrim di Kantor Gubernur Kaltim.
Menurut Musyahrim, kualitas pendidikan di Kaltim saat ini sudah merata. Alasannya, ukuran peningkatan prestasi pendidikan di Kaltim bukan hanya dicapai pelajar di kota tetapi sudah di tingkat kabupaten.
Menurut dia, capaian tersebut menandakan pembangunan pendidikan di Kaltim yang dilakukan Pemprov Kaltim selama kepemimpinan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak bersama Wagub Farid Wadjdy (2008-2013) maupun Wagub Mukmin Faisyal semakin baik.
“Artinya, pengembangan pendidikan di Kaltim tidak ada perbedaan, baik sekolah negeri maupun swasta, kabupaten maupun kota. Semua ditujukan untuk peningkatkan kualitas sumber daya manusia daerah,” jelasnya.
Sebagai bentuk peningkatan kualitas SDM di daerah, setiap sekolah negeri di Kaltim sudah tidak ada pungutan. Karena, biaya operasional sekolah telah dialokasikan melalui bantuan operasional sekolah daerah (Bosda). Mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.
“Yang jelas, untuk operasional sekolah sudah tidak ada masalah. Tetapi, itu untuk sekolah negeri. Sementara, sekolah swasta dipersilahkan untuk memungut biaya, jika memang tidak menerima Bosda dan sesuai kesepakatan bersama komite sekolah,” jelasnya. jay/sul/es/hmsprov
Contohnya, pelajar SMA Negeri 10 Samarinda Gheby Vadhila Isnainy, Gracecika Marthgareth Harianja dan Muhammad Surya Madani yang meraih Juara 1 Tingkat Internasional Lomba Spontaneus Crisis Challengge di Sekolah Menengah Kebangsaan, Sri Aman, Selangor Malaysia dalam event Sri Aman Enviromental Youth Ledership Summit (SAEYLS) 2015.
Prestasi lainnya juga diraih Triana Pangestu Utami pelajar SMAN 4 Berau dalam Olimpiade Astronomi tingkat internasional di Korea. Triana meraih medali emas 2009 dan Richard Wellianto SMAN 4 Berau dalam World Matematic Team Championship tingkat internasional di Beijing, meraih perunggu pada 2011.
“Jika melihat hasil beberapa prestasi tersebut, pelajar di Kaltim tidak kalah kualitasnya dengan pelajar provinsi lain. Bahkan mereka mampu bersaing di tingkat internasional. Ini sangat membanggakan Kaltim dan Indonesia,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kaltim Musyahrim di Kantor Gubernur Kaltim.
Menurut Musyahrim, kualitas pendidikan di Kaltim saat ini sudah merata. Alasannya, ukuran peningkatan prestasi pendidikan di Kaltim bukan hanya dicapai pelajar di kota tetapi sudah di tingkat kabupaten.
Menurut dia, capaian tersebut menandakan pembangunan pendidikan di Kaltim yang dilakukan Pemprov Kaltim selama kepemimpinan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak bersama Wagub Farid Wadjdy (2008-2013) maupun Wagub Mukmin Faisyal semakin baik.
“Artinya, pengembangan pendidikan di Kaltim tidak ada perbedaan, baik sekolah negeri maupun swasta, kabupaten maupun kota. Semua ditujukan untuk peningkatkan kualitas sumber daya manusia daerah,” jelasnya.
Sebagai bentuk peningkatan kualitas SDM di daerah, setiap sekolah negeri di Kaltim sudah tidak ada pungutan. Karena, biaya operasional sekolah telah dialokasikan melalui bantuan operasional sekolah daerah (Bosda). Mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.
“Yang jelas, untuk operasional sekolah sudah tidak ada masalah. Tetapi, itu untuk sekolah negeri. Sementara, sekolah swasta dipersilahkan untuk memungut biaya, jika memang tidak menerima Bosda dan sesuai kesepakatan bersama komite sekolah,” jelasnya. jay/sul/es/hmsprov