nusantaranews.net ~ Meskipun harga bahan pangan relatif stabil, namun lonjakan harga bahan pangan diperkirakan bisa terjadi pada H (-7) dan H (+7) bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Untuk itu, perlu ada gerakan bersama antara produsen, distributor, pengecer, dan konsumen agar harga bahan pangan cenderung stabil seputar puasa dan Lebaran nanti. Untuk mengantisipasi lonjakan harga, dinas-dinas terkait akan berkolaburasi melakukan operasi pasar sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan. Ini diungkapkan dalam Rapat Perlindungan Konsumen dalam Rangka Menyambut Ramadhan antara Wakil Gubernur Sumatera Barat Muslim Kasim bersama jajaran SKPD dan stakeholder terkait di Ruang Rapat Gubernuran, Jumat (20/05).
Selain itu, untuk mengantisipasi spekulasi, beberapa dinas terkait diharapkan menggelar bazar-bazar, selain tujuannya juga untuk menekan lonjakan harga yang bisa jadi menggila. “Bazar-bazar bisa mengantisipasi terjadinya spekulasi. Bazar ini bisa mengurangi keinginan orang untuk berbelanja di pasar. Tekanan ke pasar dengan demikian bisa berkurang,” ujar Wagub MK usai melakukan rapat Jumat siang itu. Lonjakan harga komoditi di Sumbar diperkirakan tidak terjadi secara signifikan, karena persediaan bahan pangan dinyatakan cukup oleh berbagai pihak terkait.
Wagub menyatakan, berbagai pihak telah “prepare for the worst”, meskipun anomali terjadi di Bulan Ramadhan dan jelang Lebaran, dimana harusnya terjadi pengiritan bahan pangan namun kenyataannya justru perilaku konsumtif diterapkan oleh masyarakat. “Ini karena adanya ekspektasi yang sama terhadap komoditi dan harga komoditi bahan pangan tersebut,” imbuh Wagub.
Gambaran kecukupan bahan pangan yang dilaporkan oleh jajaran SKPD dan stakeholder terkait cukup melegakan. Untuk beras, dilaporkan, stabilisasi harga masih terjaga, dimana per kilo harga distributor beras medium berkisar Rp.8500,- hingga Rp.9000,- dengan stock yang cukup. Gula dan terigu juga dilaporkan cukup stocknya. Stakeholder terkait bahkan menyatakan meletakkan harga paling paling bawah untuk konsumen pasar murah. Untuk gula yang dijual di bazaar, bisa dijamin oleh produsen Semesta Group dijual Rp.10 ribu per kilogram. Untuk terigu yang akan dilempar ke pasar murah, produsen Bogasari akan meletakkan harga Rp7500,- per kilogram. Tidak ada kendala signifikan yang ditemukan produsen tepung terigu selain sulitnya mengontrol harga pada tingkatan pengecer.
Untuk bahan pangan berupa daging sapi dan daging ayam, dilaporkan dalam rapat Jumat siang itu masih bertahan di harga stabil dan persediaan yang cukup hadapi Lebaran. Untuk daging ayam, dari kebutuhan Sumbar yang hanya 1381 ton/bulan, stock yang bisa disediakan dinas terkait mencapai 2184 ton. Untuk telor ayam ras, dari kebutuhan 2457 ton per bulan, tersedia stock sebulan mencapai 5601 ton. Yang perlu diantisipasi kemudian adalah perkiraan kenaikan harga mencapai 20% yang biasa terjadi tiap tahunnya jelang Ramadhan dan Lebaran. Diketahui, harga terkini dari ayam potong berkisar Rp21 ribu per kg, telor Rp 1100,- per butir, dan daging sapi Rp100 ribu per kg.
Kecukupan bahan pangan disokong juga oleh kecukupan bahan bakar minyak untuk masyarakat jelang Ramadhan dan Lebaran ini. Dikatakan oleh Asmen Ritel Pertaminan Padang, Adri, persediaan tidak mengkhawatirkan. “Hanya seperti yang sudah-sudah, pemakaian bahan bakar minyak mengalami peningkatan jelang puasa dan Lebaran. Tahun lalu, Premium mengalami peningkatan konsumsi hingga 20%. Minyak tanah, sejak digantikan oleh Elpiji mengalami penurunan kuantitas penggunaan. Untuk Elpiji 3 kg, mengalami kenaikan penggunaan hingga 20%, sedangkan Elpiji 15 kg mengalami kenaikan penggunaan hingga 10 %,” terang Adri.
Waspadai Pangan Berbahaya
Terungkap dalam rapat siang itu, bukan hanya makanan olahan atau ikan yang diberi bahan pengawet buatan seperti formalin dan borax. Dalam laporan yang disampaikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Padang yang turut hadir dalam rapat tersebut, dikatakan rumput laut yang masuk ke Sumbar ditemukan ada yang mengandung formalin. Ini berhasil ditemukan oleh BPOM dalam sample cendol yang diambil secara acak.
BPOM sendiri tidak main-main dalam memberantas ancaman penganan dengan kandungan yang berbahaya yang diproduksi oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab. Tahun kemarin, BPOM bahkan berhasil mengumpulkan 21 sample penganan berbuka puasa yang mengandung borax dan formalin. Hingga tahun 2014, sudah enam kasus distributor pangan diajukan ke pengadilan dan 15 ribu produk disita untuk dijadikan barang bukti.
Masyarakat diimbau untuk mewaspadai penganan-penganan yang mengandung konten berbahaya yang marak diproduksi di bulan puasa. “Warna pink cerah yang menonjol pada makanan-makanan untuk berbuka puasa harus dicurigai, karena ciri fisik seperti ini hampir tidak diragukan lagi menunjukkan kandungan pewarna yang secara kumulatif membahayakan.
Resikonya tinggi, bisa menimbulkan kanker. Sementara untuk kandungan borax, tidak ada jalan lain selain dilakukan uji labor terhadap penganan yang dimaksud. Untuk kandungan formalin, masih bisa dikenali, misalnya pada daging ikan. Ikan yang diberi formalin, di luarnya tampak segar. Namun begitu dipotong, dilihat bagian dalamnya tampak seperti daging busuk,” jelas Kepala Bidang Pengawasan BPOM Padang Antoni Asdi.