Nn, Padang -- Peranan ekonomi senantiasa menduduki peran yang sangat
penting bagi negara-negara diseluruh dunia. Salah satu permasalahan yang
senantiasa harus dihadapi adalah ketidak stabilan ekonomi. Ketidak stabilan
ekonomi biasa identik dengan munculnya penyakit ekonomi makro dalam proses
pembangunan ekonomi, seperti inflasi, pengangguran dan ketimpangan ekonomi.
Ini disampaikan Gubernur Sumatera Barat ketika membuka
secara resmi acara Rakor Wilayah Tim Pengelolaan/ Pengendalian Inflasi Daerah
Sumatera Bagian Tengah di Aula BI, Rabu siang (2/5). Hadir dalam kesempatan
tersebut, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Pimpinan BI Pekanbaru, Jambi dan
Batam, Kabiro Perek Wardimen,SE, utusan Gubernur Riau, Jambi dan Kepulauan
Riau, kepala SKPD dilingkungan Pemprov. Sumbar.
Lebih jauh Irwan Prayitno menyampaikan, masalah inflasi
merupakan masalah nomor satu yang dihadapi dunia, karena dampak buruk yang
demikian hebat pembangunan yang sudah dicapai sebelumnya. Oleh karena itu
negara-negara yang dilanda krisis memerlukan perhatian luar biasa untuk
mengatasi sendi-sendi kehidupan bernegara dapat kembali bangkit dan tumbuh
secara berkelanjutan.
Di negara kita krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997
telah mengakibatkan terganggunya sector riil. Dan ketika itu inflasi terjadi
hingga 70 persen, sehingga harga dipasaran naik sangar tajam. Aktifitas sector
riil merosot dimana hampir seluruh sector perekonomian mengalami kontraksi
produksi, kecuali sector gas, listrik dan air bersih.
Dengan kondisi ini pertumbuhan ekonomi minus hingga level
lebih dari 10 persen pada seluruh daerah di Indonesia. Dampaknya dapat
mendistorsi harga, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat,
mendorong investasi yang kurang tepat dan menurunkan moral, ujarnya
Irwan juga
menyampaikan, permasalahan inflasi dan ketidakstbilan sector riil dari
waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian dan sangat beralasan untuk
dikendalikan oleh lembaga pemerintah serta oteritas moneter.
Saat ini dengan tekad dan semangat yang kuat, tingkat
inflasi Indonesia
terus memperlihatkan perbaikan yang relataif rendah. Pada tahun 2010, inflasi
nasional tercatat sebesar 6,96 persen
turun, menjadi 3,79 pada tahun 2011. Sementara inflasi rata-rata Sumatera Tengah terlihat flutuatif dibanding rata-rata
nasional, pada twiwulan pertama 2012 terlihat lebih rendah dari rata-rata
nasional.
Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, inflasi Sumatera
Bagian Tengah sangat dominasi disebabkan karena gejolak pasokan komoditi di
pasar, khususnya komoditi bahan makanan, seperti beras, cabe, bawang merah dan
telur dan sangat dominan di Kota Jambi dan Kota Padang. Hal ini tentu membuat
kita heran bila dilihat dari kemampuan produksi masing-masing setelah dikurangi
dengan perkiraan kebutuhan masyarakat.
Contoh di SumBar ditemukan surplus komoditi tersebut jumlah
cukup signifikan, termasuk juga di Provinsi Jambi, namun kenyataannya pada waktu
tertentu selalu saja terjadi shock yang mendorong terjadinya kenaikan harga
yang berakibat naiknya inflasi. Dengan kondisi ini siapapun beranggapan bahwa
terjadi sesuatu yang kurang pas dalam distribusi komoditi.
Sesuatu yang kurang pas ini dapat saja dalam bentuk menahan komoditi
untuk tidak masuk pasar atau dapat juga bentuk kenaikan harga secara
sembarangan oleh pihak tertentu sebagai kelangkaan informasi antara harga
ditingkat produsen dengan harga
konsumen. Ini sungguh merupakan factor ekspektasi dan moral bazard yang
seharusnya tidak boleh terjadi dalam mengembangkan ekonomi dan kemamkmuran
masyarakat, terangnya.
Joko Wardoyo Direktur Eksekutif Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Wilayah VIII, dalam kesempatan tersebut menyampaikan, memberikan
apresiasi yang tinggi atas koordinasi dan kerjasama yang baik dengan pemerintah
daerah baik, ditingkat Provinsi maupun Kab/ko, khusus dalam TPID. Masa kurun
waktu 2 tahun terakhir Sumatera Bagian Tengah telah dilaksanakan koordinasi,
kunjungan lapangan, operasi pasar serta rekomendasi kebijakan yang penting bagi
upaya pengendalian inflasi di daerah ini.
Perkembangan ekonomi di Sumatera bagian Tengah berdasarkan
pengamatan kita, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 dietinasikan dapat
tumbuh 5,30 % (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 5,26 %(yoy). Kegiatan
investasi akan terus tumbuh meningkat, khususnya invetsai fisik melalui
pembangunan sejumlah infrastruktur, baik berupa kegiatan usaha maupun fasilitas
public, salah satu dapat kita lihat pembangunan infrastruktur di Riau sedang
mempersiapkan diri sebagai tuan rumah PON, katanya. Zardi