Nn, Limapuluh Kota -- Untuk mengurangi angka kemiskinan, kita mesti fokus pada komoditi-komoditi unggulan yang mampu cepat memberikan kotribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu Pemprov Sumbar selaku wakil pemerintah pusat siap mendukung dan memfasilitasi kepada pemerintah pusat dalam memajukan sarana dan prasarana bagi perkembangan komoditi unggulan di masing-masing daerah di Sumatera Barat.
Ini disampaikan Gubernur Irwan Prayitno dalam sambutan pada Acara Worshop Gerakkan Pengembangan Gambir (Gerbang Gambir) oleh Pemkab Limapuluh Kota bersama pengusaha, petani dan masyarakat di Tri Arga Bukittinggi siang tadi.
Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Alis Marajo, Asdep Sarana Prasarana Pertanian dan Kelautan Kemenko Perekonomian RI, Direktur Perkotaan dan Pedesaan Bappenas, Kepala Bappeda Prof. DR. Rahmad Sani, Msc, Kadin Sumbar, Pengusaha, Petani Gambir se Sumatera Barat.
Selama ini, gambir merupakan salah satu komoditi spesifik unggulan daerah Sumbar yang memasok lebih kurang 80 % eksport gambir nasional. Dengan pangsa pasar utama adalah negara-negara India, Pakistan, Banglades, Srilangka, Singapura, Malaysia, Taiwan dan Jepang. Bahkan India mengimport 68 % gambir Indonesia.
Berdasarkan data tahun 2010 Kabupaten Limapuluh Kota dan Pessel jumlah petani gambir 9.377 KK dengan luas tanaman 28.325 Ha. Jika 1 Ha lahan gambir membutuhkan tenaga kerja intensif mulai panen sampai olahan sebanyak 3 orang, maka pertanian tanaman gambir mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 84.980 orang.
Produksi gambir sebesar 26.782 ton dan harga rata-rata pada tingkat petani lebih kurang Rp. 15.000 per Kg, dengan demikian nilai uang beredar dari komoditi gambir yang langsung dinikmati petani lebih kurang sebesar Rp. 401,73 Miliar per tahun atau 33,47 Miliar per bulan. Potensi ini tentu dapat sebagai pemicu percepatan pembangunan perekonomian daerah dan masyarakat, ungkapnya.
Namun persoalan yang terus mendera petani adalah, ketidak stabilan harga yang terlalu rendah. Menyikapi ini perlu menjadi cacatan bagi kita, kenapa sebagai produsen terbesar kita belum mampu melakukan penawaran stabilitas harga ? Jika perlu ketika harga anjlok kitapun tidak melakukan pengeskporan lebih, dengan kata lain gambir-gambir tersebut kita simpan, setelah nilai harga stabil dan baru kita ekspor secara terukur dan berkesinambungan.
Dahulu saya kenal dengan sebuah Badan Pengelolaan ekspor gambir, sekarang kelihatannya tidak ada lagi ?. Oleh karena itu kita perlu mencari jalan keluar yang lebih profesional, berkualitas, bermartabat dan mampu menjadi kekuatan daya tawar yang lebih menguntungan, baik bagi petani, maupun bagi pengusaha.
Saat ini kita masih dihadapkan pada permasalahan, pertama, kurang terpadunya kebijakan dan strategi yang komprehensif untuk pengembangan pola pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat berbasis gambir. Kedua kurang konsistensi dan komitmen untuk mendukung akselerasi program, kegiatan dan pembiayaan yang terpadu antara, pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha dan Ketiga, masih lemahnya koordinasi dan pengawalan terhadap pelaksanaan kebijakan yang diterbitkan.
Oleh karena itu kedepan kita perlu memperkuat koordinasi dan komitmen lintas sektor dan derah serta mendorong keterlibatan dunia usaha dalam pengembangan usaha petani dan pengolahan gambir, ujarnya.
Dalam acara worshop tersebut dilakukan penandatangan Deklarasi Gerakkan Pengembangan Komoditi Gambir , yang memuat sembilan point penting pengembangan komoditi gambir, oleh nara sumber dan peserta Workshop.
Gubernur Irwan Prayitno juga melakukan peresmian Gerbang Gambir Nusantara yang ditandai dengan pemukulan gong. Zardi
Ini disampaikan Gubernur Irwan Prayitno dalam sambutan pada Acara Worshop Gerakkan Pengembangan Gambir (Gerbang Gambir) oleh Pemkab Limapuluh Kota bersama pengusaha, petani dan masyarakat di Tri Arga Bukittinggi siang tadi.
Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Alis Marajo, Asdep Sarana Prasarana Pertanian dan Kelautan Kemenko Perekonomian RI, Direktur Perkotaan dan Pedesaan Bappenas, Kepala Bappeda Prof. DR. Rahmad Sani, Msc, Kadin Sumbar, Pengusaha, Petani Gambir se Sumatera Barat.
Selama ini, gambir merupakan salah satu komoditi spesifik unggulan daerah Sumbar yang memasok lebih kurang 80 % eksport gambir nasional. Dengan pangsa pasar utama adalah negara-negara India, Pakistan, Banglades, Srilangka, Singapura, Malaysia, Taiwan dan Jepang. Bahkan India mengimport 68 % gambir Indonesia.
Berdasarkan data tahun 2010 Kabupaten Limapuluh Kota dan Pessel jumlah petani gambir 9.377 KK dengan luas tanaman 28.325 Ha. Jika 1 Ha lahan gambir membutuhkan tenaga kerja intensif mulai panen sampai olahan sebanyak 3 orang, maka pertanian tanaman gambir mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 84.980 orang.
Produksi gambir sebesar 26.782 ton dan harga rata-rata pada tingkat petani lebih kurang Rp. 15.000 per Kg, dengan demikian nilai uang beredar dari komoditi gambir yang langsung dinikmati petani lebih kurang sebesar Rp. 401,73 Miliar per tahun atau 33,47 Miliar per bulan. Potensi ini tentu dapat sebagai pemicu percepatan pembangunan perekonomian daerah dan masyarakat, ungkapnya.
Namun persoalan yang terus mendera petani adalah, ketidak stabilan harga yang terlalu rendah. Menyikapi ini perlu menjadi cacatan bagi kita, kenapa sebagai produsen terbesar kita belum mampu melakukan penawaran stabilitas harga ? Jika perlu ketika harga anjlok kitapun tidak melakukan pengeskporan lebih, dengan kata lain gambir-gambir tersebut kita simpan, setelah nilai harga stabil dan baru kita ekspor secara terukur dan berkesinambungan.
Dahulu saya kenal dengan sebuah Badan Pengelolaan ekspor gambir, sekarang kelihatannya tidak ada lagi ?. Oleh karena itu kita perlu mencari jalan keluar yang lebih profesional, berkualitas, bermartabat dan mampu menjadi kekuatan daya tawar yang lebih menguntungan, baik bagi petani, maupun bagi pengusaha.
Saat ini kita masih dihadapkan pada permasalahan, pertama, kurang terpadunya kebijakan dan strategi yang komprehensif untuk pengembangan pola pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat berbasis gambir. Kedua kurang konsistensi dan komitmen untuk mendukung akselerasi program, kegiatan dan pembiayaan yang terpadu antara, pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha dan Ketiga, masih lemahnya koordinasi dan pengawalan terhadap pelaksanaan kebijakan yang diterbitkan.
Oleh karena itu kedepan kita perlu memperkuat koordinasi dan komitmen lintas sektor dan derah serta mendorong keterlibatan dunia usaha dalam pengembangan usaha petani dan pengolahan gambir, ujarnya.
Dalam acara worshop tersebut dilakukan penandatangan Deklarasi Gerakkan Pengembangan Komoditi Gambir , yang memuat sembilan point penting pengembangan komoditi gambir, oleh nara sumber dan peserta Workshop.
Gubernur Irwan Prayitno juga melakukan peresmian Gerbang Gambir Nusantara yang ditandai dengan pemukulan gong. Zardi
Post a Comment