Mariyus bersama Isteri |
Mariyus, yang dijumpai di ruang Trauma Center RS Dr. M. Djamil Padang, mengaku shock berat kendati luput dari maut. “Ketika itu saya merasa dunia sudah kiamat,” ungkapnya.
Selang beberapa menit setelah gempa terjadi, papar Mariyus, tiba-tiba terdengar bunyi bergemuruh dari laut. Namun ia tidak sempat melihat suara bergemuruh tersebut. Sekejap, ombak laut setinggi 15 meter mengangkat dan memporak-porandakan rumahnya.
“Jangankan untuk menyelamatkan anak isteri, diri sendiri saja sudah susah,” jelasnya.
Tolak ukur tingginya ombak tersebut dibandingkan Mariyus dengan tingginya pohon kelapa. Sebab, rata-rata tinggi pohon kelapa di Mentawai lebih kurang 12 meter. “Nah rumah penduduk yang diterjang tsunami itu melewati pohon kelapa tersebut dan puing-puingnya ditemukan di Mudik Dusun,” ujarnya.
Meski dalam kondisi meringis menahan sakit, Mariyus tetap secepatnya ingin kembali ke Mentawai. “Saya telah meminta kepada dokter agar proses pengobatan dipercepat. Kami akan kembali untuk membangun dan membenahi rumah yang telah hancur,” jelasnya. redaksi
Post a Comment