Walikota Padang DR. H. Fauzi Bahar, M. Si merupakan satu-satu kepala dearah di Provinsi Sumbar yang diberi kesempatan mengikuti pendidikan selama sebulan di Lemhanas. "ini suatu kepercayaan yang sangat signifikan dari pimpinan nasional," ujar Kabid Humas Pemko Padang Richardi Akbar, S. Sos, Senin kemarin (18/10).
Menurut rencana, ia akan mengikuti pendidikan pada Lembaga Pertanahan Nasional (Lemhanas), di Jakarta selama satu bulan. " karena telah melalui berbagai tahapan seleksi dan penilaian dari pemerintah pusat, khususnya jajaran Lemhanas, maka Fauzi Bahar bertekad mengikutinya secara maksimal sesuai dengan kurikulum yang diberikan Lemhanas, ujarnya.
Pada pendidikan di Lemhanas peserta akan diberikan berbagai bekal pengetahuan dan keterampilan yang berwawasan nasional, Hankamnas dan yang lainnya. Sehingga dalam melaksanakan tugas selaku pimpinan di daerah mampu memberikan yang terbaik.
Ia mencontohkan ada berbagai pihak yang menyalah tafsirkan otonomi daerah (Otoda), dengan timbulnya sikap pengotak- kotakan terhadap sesuatu. Misalnya antar suku, agama atau ras. Padahal semangat otonomi daerah bukanlah demikian yang sesungguhnya. Tetapi bagaimana daerah dengan kemandiriannya mampu berbuat maksimal dengan mengerahkan segala potensi yang ada, baik sumber daya alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM).
Melalui pendidikan di Lemhanas peserta diharapkan akan punya wawasan nasional dan kebangsaan, sehingga melihat sesuatu itu bukan dalam arti sempit, tetapi secara komprehensif. Yaitu satu keutuhan bangsa Indonesia dalam kemajemukan.
Menurut Walikota Fauzi Bahar, bila kita memandang bangsa ini dengan kaca mata wawasan nasional sudah pasti tidak akan timbul fiksi- fiksi. Seperti ada kelompok yang disenangi dan ada kelompok yang tak disenangi. Atau ada pula kelompok minoritas dan ada kelompok mayoritas.
Dengan berfikir wawasan nasional/ kebangsaan kita pasti akan menilai semua warga Negara itu adalah sama dan mereka akan ditempatkan pada forsinya masing- masing. Misalnya, yang membedakan seseorang itu hanya iman dan prestasinya. Orang yang beriman dan berprestasi tentu mereka akan mendapat penilaian plus dimata rakyat. Jelas akan berada pada posisi yang lebih baik.
Begitu juga halnya, tercipta dan berkembangnya suasana kondusif di tanah air tak terlepas berkat adanya cara pandang yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pendidikan di Lemhanas ini sudah pasti diajarkan bagaimana memandang bangsa dan Negara secara utuh, dan tidak membedakan suku, agama dan RAS, tegas Fauzi.
Kita optimis bila semua pimpinan dan berbagai komponen masyarakat sudah berfikir dan berwawasan nasional, pasti keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan langgeng sampai kapanpun, dan tidak akan terpecah belah, tambah Fauzi.
Fauzi berharap pertahanan rakyat semesta harus dikembangkan di daerah, sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa terpelihara dengan baik. rel/ronald
Menurut rencana, ia akan mengikuti pendidikan pada Lembaga Pertanahan Nasional (Lemhanas), di Jakarta selama satu bulan. " karena telah melalui berbagai tahapan seleksi dan penilaian dari pemerintah pusat, khususnya jajaran Lemhanas, maka Fauzi Bahar bertekad mengikutinya secara maksimal sesuai dengan kurikulum yang diberikan Lemhanas, ujarnya.
Pada pendidikan di Lemhanas peserta akan diberikan berbagai bekal pengetahuan dan keterampilan yang berwawasan nasional, Hankamnas dan yang lainnya. Sehingga dalam melaksanakan tugas selaku pimpinan di daerah mampu memberikan yang terbaik.
Ia mencontohkan ada berbagai pihak yang menyalah tafsirkan otonomi daerah (Otoda), dengan timbulnya sikap pengotak- kotakan terhadap sesuatu. Misalnya antar suku, agama atau ras. Padahal semangat otonomi daerah bukanlah demikian yang sesungguhnya. Tetapi bagaimana daerah dengan kemandiriannya mampu berbuat maksimal dengan mengerahkan segala potensi yang ada, baik sumber daya alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM).
Melalui pendidikan di Lemhanas peserta diharapkan akan punya wawasan nasional dan kebangsaan, sehingga melihat sesuatu itu bukan dalam arti sempit, tetapi secara komprehensif. Yaitu satu keutuhan bangsa Indonesia dalam kemajemukan.
Menurut Walikota Fauzi Bahar, bila kita memandang bangsa ini dengan kaca mata wawasan nasional sudah pasti tidak akan timbul fiksi- fiksi. Seperti ada kelompok yang disenangi dan ada kelompok yang tak disenangi. Atau ada pula kelompok minoritas dan ada kelompok mayoritas.
Dengan berfikir wawasan nasional/ kebangsaan kita pasti akan menilai semua warga Negara itu adalah sama dan mereka akan ditempatkan pada forsinya masing- masing. Misalnya, yang membedakan seseorang itu hanya iman dan prestasinya. Orang yang beriman dan berprestasi tentu mereka akan mendapat penilaian plus dimata rakyat. Jelas akan berada pada posisi yang lebih baik.
Begitu juga halnya, tercipta dan berkembangnya suasana kondusif di tanah air tak terlepas berkat adanya cara pandang yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pendidikan di Lemhanas ini sudah pasti diajarkan bagaimana memandang bangsa dan Negara secara utuh, dan tidak membedakan suku, agama dan RAS, tegas Fauzi.
Kita optimis bila semua pimpinan dan berbagai komponen masyarakat sudah berfikir dan berwawasan nasional, pasti keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan langgeng sampai kapanpun, dan tidak akan terpecah belah, tambah Fauzi.
Fauzi berharap pertahanan rakyat semesta harus dikembangkan di daerah, sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa terpelihara dengan baik. rel/ronald
Post a Comment